ILMU TERNAK PERAH
SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA
|
Disusun
oleh:
1.
Sugeng
Rachmat Riyadi (D1E010096)
2.
Wida
Akmala Zahi (D1E010104)
3.
Lusi
Dian Fitria (D1E010114)
4.
Mey
Dwi Nur Aida (D1E010122)
5.
Rawendi (D1E010132)
6.
Sutrisno (D1E010141)
7.
Nudiya
Khairunnisa (D1E010149)
8.
Muhammad
Sufron (D1E010190)
9.
Erlindani
Setya Martanti (D1E010165)
10. Jamal Ghofir (D1E010173)
11. Ajat Sudrajat (D1E010157)
12. Nur Ningtyastiti (D1E010181)
KELOMPOK : 1 (SATU)
KELAS : B
ASISTEN : BAYU ADHITYA .N
LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
LEMBAR
PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
ILMU TERNAK PERAH
SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA
Disusun
oleh:
1.
Sugeng
Rachmat Riyadi (D1E010096)
2.
Wida
Akmala Zahi (D1E010104)
3.
Lusi
Dian Fitria (D1E010114)
4.
Mey
Dwi Nur Aida (D1E010122)
5.
Rawendi (D1E010132)
6.
Sutrisno (D1E010141)
7.
Nudiya
Khairunnisa (D1E010149)
8.
Muhammad
Sufron (D1E010190)
9.
Erlindani
Setya Martanti (D1E010165)
10. Jamal Ghofir (D1E010173)
11. Ajat Sudrajat (D1E010157)
12. Nurningtyas Titi (D1E010181)
Kelompok : 1 (satu)
Kelas :
B
Disetujui dan di sahkan
Tanggal:.............................................
Mengetahui
Koordinator Asisten
Asisten Pendamping
M.
Muzki Nufus Bayu
Adhitya .N
NIM
D1E008098 NIM
D1E009056
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ruminansia
merupakan binatang berkuku genap subordo dari ordo Artiodactyla disebut
juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa Latin "ruminare" yang artinya
mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia umumnya herbivora atau pemakan
tanaman, sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose dan
bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar. Hewan ini
disebut juga hewan berlambung jamak atau polygastric animal, karena
lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan
bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna serat kasar, sehingga karena
pentingnya rumen dalam proses pencernaan ruminansia, maka timbul pelajaran
khusus yang disebut ruminologi.
Pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanik, fermentatif dan enzimatik.
Pada pencernaan mekanik melibatkan organ seperti gigi (dentis). Pencernaan
fermentatif terjadi dengan bantuan mikroba (bakteri, ptotozoa, dan fungi).
Pencernaan enzimatik melibatkan enzim pencernaan untuk mencerna pakan yang
masuk.
Sistem
pencernaan (tractus digestivus) terdiri atas suatu saluran muskulo membranosa
yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah memasukan makanan,
menggiling, mencerna dan menyerap makanan serta mengeluarkan buangannya yang
berbentuk padat. Sistem pencernaan mengubah zat-zat hara yang terdapat dalam
makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga dapat diserap dan digunakan
sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain untuk kepentingan metabolisme. Pencernaan
merupakan rangkaian proses yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai memungkinkan
terjadinya penyerapan.
Perut sejati
pada sistem pencernaan ruminansia diawali
oleh tiga bagian perut atau divertikula (diselaputi oleh epitel-epitel squamous
berstrata), dimana makanan dicerna oleh mikroorganisme sebelum bergerak ke
saluran pencernaan berikutnya. Rumen, retikulum, dan omasum pada ruminansia,
secara bersama-sama disebut perut depan
(forestomach atau proventrikulus). Bagian-bagian sistem
pencernaan adalah mulut, oesophagus, forestomach (rumen, retikulum, omasum,
abomasum), usus halus, usus besar, anus, serta glandula aksesori, yang terdiri
dari glandula saliva, hati dan pankreas.
1.2. Rumusan masalah
1.
Bagaimana
sistem pencernaan ruminansia
2.
Bagaimana
organ penyusun sistem pencernaan ruminansia
3.
Bagaimana
proses pencernaan pada ruminansia
1.3. Tujuan
1. Memberikan gambaran mengenai proses
pencernaan pada ruminansia.
2. Memahami fungsi dan bagian
berbagai sistem pencernaan ruminansia.
3. Mengenal anatomi sistem pencernaan ruminansia
3. Mengenal anatomi sistem pencernaan ruminansia
II.
PEMBAHASAN
Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri
atas saluran pencernaan (Tractus alimentarius) dan organ pembantu (Organa
accesoria). Dilihat dari anatomi alat pencernaan, terdapat tiga kelompok
hewan yakni kelompok hewan berlambung jamak (polygastric animals) antara
lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan kijang, kelompok hewan berlambung
tunggal (monogastric animals) antara lain manusia, anjing, kucing, babi,
kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak semu (pseudo polygastric
animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung. Hewan yang berlambung
jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang berlambung tunggal
dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang merupakan hewan berlambung
jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke dalam non-ruminansia.
Agar supaya memperoleh gambaran yang jelas bagaimana
dan di mana proses pencernaan baik kimiawi maupun mekanis dan bagaimana ternak
memanfaatkan bahan makanan berserat kasar tinggi, perlu diketahui dahulu sistem
pencernaan serta fungsi bagian-bagian dari alat pencernaan tersebut, khususnya
rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
Saluran Pencernaan:
1. Mulut
2. Esofagus
3. Lambung:
Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum
4. Usus halus
5. Usus Besar
(Kolon)
6. Rektum
MULUT
Pencernaan
di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh mastikasi dan
di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat saliva. Saliva
adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke
dalam cavitas oral.
Komposisi
saliva:
Komposisi
dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar
tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva
penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium,
potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya). Sedangkan
komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase,
maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam
amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Selain
itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung
immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32
mg%.
Fungsi
saliva:
a. membantu
penelanan
b. buffer (ph 8,4 – 8,5)
c. suplai nutrien mikroba (70% urea)
Mekanisme
sekresi saliva
Kelenjar
saliva mensekresikan granula sekretorik (zymogen) yang mengandung enzim-enzim
saliva kemudian dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Jumlah sekresi
salisa berbeda-beda, sekresi saliva pada sapi ±150 liter/hari, domba ±10 liter/hari. Organ yang berfungsi mencerna makanan secara mekanik pada ruminansia
adalah gigi (dentis). Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai
berikut:
3
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Rahang atas
|
M
|
P
|
C
|
I
|
I
|
C
|
P
|
M
|
Jenis gigi
|
3
|
3
|
-
|
4
|
4
|
-
|
3
|
3
|
Rahang bawah
|
I = insisivus = gigi
seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang
1.
|
Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa
tetumbuhan seperti rumput
|
2
|
Geraham belakang (Molar) memiliki bentuk datar dan lebar
|
3.
|
Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan
|
4.
|
Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum,
Omasum dan Abomasum.
|
Berdasarkan susunan gigi di
atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian
atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan
dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu
penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
ESOPHAGUS
Merupakan saluran yang menghubungkan
antara rongga mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut
terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis
yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus
adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang
esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju
lambung.
RUMEN
Bagian
sistem pancernaan ruminansia yang paling berperan besar adalah rumen. Rumen
berupa suatu kantung muskular yang besar yang terentang dari diafragma menuju
pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal. Di dalam rumen
terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat
dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi. Kehadiran fungi
di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia
membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh
menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh
enzim bakteri rumen.
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan
berdasarkan substrat utama yang digunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri adalah: (a) bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri
pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens, Bakteroides
ruminocola, Ruminococcus sp), (c) bakteri pencerna pati (Bakteroides
ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica, (d) bakteri
pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), (e) bakteri
pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis).
Protozoa rumen diklasifikasikan menurut
morfologinya yaitu: Holotrichsyang
mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang fermentabel, sedangkan Oligotrichs yang
mempunyai silia sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit
dicerna.
Jumlah
bakteri rumen mencapai 1010-11. Jumlah protozoa mencapai
105-6. Fungi berjumlah 102-3. Di
rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh
enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Isi
rumen dan retikulum cenderung membentuk tiga lapisan. Lapisan yang paling bawah
(paling ventral) terdiri terutama dari cairan yang berisi bahan-bahan yang
setengah tercerna, termasuk biji-bijian. Lapis tengah adalah partikel - partikel
makanan paling akhir masuk ke dalam rumen dan belum tercelup sepenuhnya. Lapis
yang paling dorsal terutama terdiri dari gas karbondioksida dan metan, yang
diproduksi terus menerus oleh mikroba.
Kapasitas rumen
pada ternak ruminansia dewasa mencapai 80% dari total kapasitas perut
ruminansia, sedangkan pada ternak ruminansia baru lahir perkembangan rumen
belum sempurna kapasitasnya sekitar 30%. Oleh sebab itu pada anak ternak
ruminansia yang baru lahir belum diberikan pakan yang berserat karena masih
belum ada pencernaan fermentatif dan mikroba rumen belum tumbuh. Pencernaan
pada ternak ruminansia yang baru lahir hanya berupa pencernaan enzimatik. Namun
setelah ternak tersebut berumur dua bulan ukuran rumen sudah baik dan mikroba
rumen sudah dalam jumlah yang cukup untuk mencerna bahan berserat. Mikroba pada
rumen merupakan mikroba yang berasal dari susu yang diberikan induk saat masa
menyusui maupun mikroba yang berasal dari bahan lain.
Jumlah mikroba rumen terbesar adalah
bakteri. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas populasi
mikroba rumen adalah temperatur, pH, kapasitas buffer, tekanan osmotik,
kandungan bahan kering dan potensial oksidasi reduksi cairan rumen. Adanya
bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen menyebabkan ruminansia dapat
mencerna bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi.
LETAK:
sebelah kiri rongga perut
ANATOMI :
a. Permukaan dilapisi papila (papila lidah) →
memperluas
b.
permukaan
untuk absorbsi
c.
Terdiri 4
kantong (saccus)
d. Terbagi menjadi 4 zona
KONDISI :
a. BK isi rumen : 10 -15%
b.
Temperatur :
39-40ºC
c.
pH = 6,7 –
7,0
d.
BJ = 1,022 –
1,055
e.
Gas: CO2,
CH4, N2, O2, H2, H2S
f.
mikroba:
bakteri, protozoa, jamur
g. Anaerob
FUNGSI
:
a. Tempat fermentasi oleh mikroba rumen
b.
Absorbsi :
VFA, amonia
c.
Lokasi
mixing
d. Menyimpan
bahan makanan→ fermentasi
RETIKULUM
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang
atau hardware stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel
pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen,
akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara
retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi
tercampur.
a) Secara fisik
tidak terpisahkan dari rumen
b) Terdapat
lipatan-lipatan esofagus yang merupakan lipatan jaringan yg langsung dari esofagus ke omasum
c) Permukaan
dalam : papila → sarang laba-laba (honey comb) perut jala
Fungsi:
a) tempat
fermentasi
b) membantu
proses ruminasi
c) mengatur
arus ingesta ke omasum
d) Absorpsi
hasil fermentasi
e) tempat
berkumpulnya benda-benda asing
OMASUM
Omasum sering juga disebut dengan perut buku,
karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Omasum merupaka suatu organ seferis yang terisi oleh
lamina muskuler yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membrana mukosa
yang menutupi lamina, ditebari dengan papile yang pendek dan tumpul yang akan
menggiling hijauan atau serat - serat sebelum masuk ke abomasum (perut sejati).
Omasum letaknya disebelah kanan rumen dan retikulum persis pada posisi kaudal
hati. Omasum domba dan kambing jauh lebih kecil dibandingkan omasum sapi dalam
keadaan normal tidak menyentuh dinding abdominal ruminansia kecil itu.
Omasum
hampir terisi penuh oleh lamina dengan papila yang meruncing yang tersusun
sedemikian rupa sehingga makanan digerakkan dari orifisium retikulo-omosal, di
antara laminae, dan menuju ke orifisium omaso-abdomosal. Setiap laminae
mengandung tiga lapis otot, termasuk suatu lapis sentral yang berhubungan
dengan dinding otot dari omasum, serta suatu lapis mukosa muskularis yang
terletak pada tiap sisi dari otot sentral.
Dasar omasum
seperti juga halnya lembaran - lembaran (lipatan - lipatan) ditutupi oleh
epitel squamosa berstrata. Pada pertautan antara omasum dan abomasum terdapat
suatu susunan lipatan membrana mukosa ‘vela terminalia’ yang barang kali
berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum
menuju ke omasum, sedangkan pada domba merupakan bagian dari abomasum.
ABOMASUM
Abomasum sering juga disebut
dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah
digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu
berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika
kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah
kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk
melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum.
Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl.
Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin
reaksi terus berjalan secara otokatalitik.
Letak :
a. Dasar perut (kanan bawah)
b. Bentuk :
memanjang
c. Bagian dalam
terdapat tonjolan : fold → absorpsi
Terdiri 3 bagian:
a. Kardia : sekresi mukus
b. Fundika : pepsinogen, renin, HCl,
mukus
c. Pilorika : sekresi mukus
Fungsi: Tempat awal pencernaan enzimatis (perut sejati) → Pencernaan protein dan mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum.
USUS HALUS
(INTESTINUM TENUE)
Fungsi : pencernaan enzimatis dan absorpsi
Kedalam usus halus masuk 4 sekresi:
a. Cairan
duodenum : alkalis,
fosfor, buffer
b. Cairan
empedu : dihasilkan
hati, K dan Na (mengemulsikan lemak), mengaktifkan lipase
pankreas, zat warna
c. Cairan pancreas : ion
bikarbinat untuk menetralisir asam lambung
d. Cairan usus
Pankreas
Letak : lengkungan duodenum
Mensekresikan enzim:
1. Amilase : alfa
amilase, maltase, sukrase
2. Protease :
tripsinogen, kemotripsinogen,prokarboksi, peptidase
3. Lipase : lipase,
lesitinase, fosfolapase, kolesterol, esterase
4. Nuklease :
ribonuklease, deoksi ribonuklease
Usus halus terbagi atas 3 bagian,
yaitu: deudenum, jejenum, dan ileum, berdasarkan pada perbedaan - perbedaan
struktural histologis/mikroskopis. Deudenum merupakan bagian yang pertama dari
usus halus. Ini amat dekat dengan dinding tubuh dan terikat pada mesenteri yang
pendek, yaitu mesoduodenum. Duktus yang berasal dari pankreas dan hati masuk ke
bagian pertama dari duodenum. Duodenum meninggalkan pilorus dari perut dan ke
arah kaudal pada sisi kanan menuju ke ‘pelvic inlet’. Duodenum kemudian
menjulang ke sisi kiri di belakang akar dari mesenteri besar dan membelok ke depan
untuk bergabung dengan jejunum. Saluran yang berasal dari hati dan saluran
pankreas, menyatu ke dalam duodenum, pada jarak yang pendek di belakang
pilorus.
Jejenum dengan jelas dapat
dipisahkan dengan duodenum. Jejenum bermula dari kira-kira pada posisi dimana
mesenteri mulai kelihatan memanjang (pada duodenum mesenterinya pendek). Jejenum
dan ileum itu bersambung dan tidak ada batas yang jelas di antaranya. Bagian
terakhir dari usus halus adalah ileum. Persambungannya dengan usus besar adalah
pada osteum iliale (bukaan ileal).
SEKUM DAN
KOLON
Usus besar terdiri atas sekum, yang
merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang
naik, mendatar dan turun. Bagian yang turun akan berakhir direktum dan anus. Variasi
pada usus besar (terutama pada bagian kolon yang naik) dari satu spesies ke
spesies yang lain, jauh lebih menonjol dibandingkan dengan pada usus halus. Kolon
yang menurun, bergerak ke depan di antara dua lapis mesenteri yang menyangga
usus halus. Lop proksimal (ansa proksimalis) terletak di antara sekum dan kolon
spiral (ansa spiralis). Ansa spiralis itu tersusun dalam bentuk spiral. Bagian
yang pertama membentuk spiral ke arah pusat lilitan (bersifat sentripetal)
sedangkan bagian berikutnya membentuk spiral yang menjauhi pusat lilitan
(sentrifugal). Bagian terakhir dari kolon yang naik yaitu ansa distalis,
menghubungkan ansa spiralis dengan kolon transversal. Kolon transversal
menyilang dari kanan ke kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal menuju ke
rektum dan anus, bagian terminal dari saluran pencernaan.
1. Bentuk : tabung berstruktur
sederhana, kondisi = rumen
2. Fungsi : fermentasi oleh mikroba
3. Absorpsi VFA
dan air → kolon
4. Konsentrasi
VFA : sekum : 7 mM, kolon : 60 mM (rumen = 100 – 150 mM)
RECTUM
Merupakan
lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses
ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang
maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter
yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
PROSES PENCERNAAN RUMINANSIA
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi
sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi
pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase
yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan
akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi
gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus
akan dimuntahkan
kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan
kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan
diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih
terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan
protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak
tahan hidup di abomasum karena Ph yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini
akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan
pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial
seperti pada manusia.
Sedangkan pada
sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang
kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Pada kelinci dan
marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran yang
belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan
lagi oleh kelinci.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum
karnivora.
Hal itu
disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses pencernaannya
berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung
dengan cepat. Usus pada
sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu
dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Pencernaan karbohidrat dimulai di
mulut, dimana bahan makanan bercampur dengan ptialin, yaitu enzim yang
dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan ruminansia sama sekali tidak
mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan
dekstrin.Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung. Mucin dalam
saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga dengan
demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.Mikroorganisme dalam rumen merombak
selulosa untuk membentuk asam-asam lemak terbang.
Mikroorganisme
tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan protein
untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak ada enzim
dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial. Amilase dari
pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus (duodenum) yang
kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan
maltosa.
Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah
usus mencerna pula karbohidrat.
Enzim-enzim tersebut adalah
1.
Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2.
Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3.Laktase
yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Dari data
diatas dapat dirangkum bahwa , Pada
hewan memamah biak, lambungnya terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1.
Rumen: bagian lambung tempat penghancuran makanan secara
mekanis
2.
Retikulum:
bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri
3.
Omasum: bagian lambung tempat pencernaan secara mekanik
4.
Abomasum: bagian lambung tempat terjadinya pencernaan
secara kimiawi dengan bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding
abomasum
Makanan
ruminansia banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, pati, dan karbohidrat yang
larut dalam air dan fruktan-fruktan. Proses degradasi dan fermentasi
karbohidrat dalam rumen dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu (1) pemecahan
pertikel makanan yang menghasilkan polimer karbohidrat, (2) hidrolisa polimer
menjadi sakarida sederhana (glukosa), dan (3) fermentasi sakarida sederhana
menghasilkan VFA berupa asetat, propionate, dan butirat, serta gas CO2
dan CH4.
Fermentasi
makanan oleh mikroba rumen akan berlangsung dengan baik jika didukung oleh
kondisi yang sesuai untuk kehidupan mikroba. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah kondisi rumen mendekati anaerob, pH diusahakan 6,6-7,0
dengan saliva sebagai larutan penyangga (buffer), kontraksi rumen menambah
kontak antara enzim dengan makanan, laju pengosongan rumen diatur selalu terisi
walaupun ternak menderita lapar dalam waktu yang lama, serta suhu rumen
konstan, faktor tersebut diperlukan untuk kelangsungan proses fermentasi.
Keuntungan ruminansia
Keuntungan
ruminansia yang mempunyai organ fermentatif sebelum usus halus adalah: (1)
dapat mencerna bahan makanan berkadar serat kasar tinggi sehingga bahan
makanannya sebagian tidak bersaing dengan manusia, (2) mampu mengubah sembarang
N termasuk Non Protein Nitrogen (NPN) seperti urea menjadi protein bermutu
tinggi, (3) keperluan asam amino untuk memenuhi nutrisi proteinnya tidak bergantung kepada kualitas
protein makanannya, (4) produk fermentatif dalam rumen dapat disajikan ke dalam
usus halus dalam bentuk yang mudah dicerna, dan (5) kapasitas rumen yang sangat
besar, mampu menampung banyak sekali makanan sehingga proses makannya dapat
berjalan dengan cepat.
KESIMPULAN
1.
Saluran
pencernaan ruminansia, pencernaannya secara sistematis terdiri atas mulut,
esophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, duodenum, JeJenum, ileum,
secum, colon, dan rectum.
2.
Yang
membedakannya dengan system pencernaan non-ruminansia adalah pada jumlah
lambungnya, non-ruminansia hanya mempunyai 1 lambung, sedangkan ruminansia
mempunyai lambung yang terdiri dari 4 bagian yang masing-masing mempunyai
fungsi spesifiik masing-masing.
3.
Proses
pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanis, fermentatif, dan enzimatis.
DAFTAR PUSTAKA
Cakra, I. G. L. O. 2001. Pengaruh Natrium Bikarbonat dan Natrium
Karbonat Terhadap Konsentrasi Volatile Fatti Acid dan Amonia Rumen Kerbau.
Majalah Ilmiah Peternakan. 4(1): 17-20.
Dehority, B. A. 2004. Rumen Mikrobiology. Nottingham:
Nottingham University Press.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Yogyakarta: UGM Press.
Kosnoto,
M. 1999. Teknologi Limbah Rumen untuk Pakan
dan Pupuk Organik. Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Prakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan.
Jakarta: UI Press.
Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
0 komentar:
Posting Komentar