RSS

Selasa, 18 Desember 2012

MANAJEMEN TERNAK PERAH


TUGAS TERSTRUKTUR MANAJEMEN TERNAK PERAH

Manajemen Pakan Pada Sapi Perah











Oleh:

                                        Nama             :    Erlindani Setya M.
                                        NIM               :    D1E010165
                                        Kelas              :    B







FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012



PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu produksi bergantung kepada faktor genetik dan lingkungan, diantaranya meliputi peningkatan kemampuan teknis peternakan, yang terdiri dari; peningkatan kemampuan tatalaksana reproduksi, tatalaksana pemberian pakan, dan tatalaksana pemeliharaan sehari-hari bagi peternak yang mutlak harus dimiliki. Masalah penyebab kerugian suatu usaha peternakan sapi perah diakibatkan belum dilaksanakannya tatalaksana yang baik dalam usaha peternakan sapi perah, sehingga berpengaruh lebih lanjut terhadap aspek-aspek lainnya, terutama menghambat peningkatan produksi susu. Sebagian peternak, kenyataannya belum melaksanakan tatalaksana peternakan yang baik atau sesuai dengan harapan dalam menjalankan usaha peternakannya (Suherman, 2010)
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang salah satunya mencakup aspek pemberian pakan. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5- 4% dari bahan kering.
Kebutuhan susu dalam negeri yang dapat dipasok dari produksi dalam negeri baru mencapai 45% (360.000 ton) dari total kebutuhan 800.000 ton, sehingga sisanya masih diimpor dari luar negeri (Australia dan New Zealand, Kompas 2003).  Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya.  Secara nasional, sebagian besar agribisnis sapi perah merupakan peternakan rakyat yang ditangani koperasi, sehingga  sebagian besar (90%) produksi susu ditangani oleh koperasi.  Peternakan rakyat menurut data tahun 2000, populasi sapi perah sebanyak 354,3 ribu ekor dengan skala kepemilikan 3-4 ekor per KK dan produktivitas rendah sekitar 9-10 liter per ekor per hari.  Hal ini disebabkan antara lain kualitas pakan yang belum baik dan pemeliharaan yang belum optimal. Pemberian pakan yang tepat sangat diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan (Kasim,2011).  
            Kelangsungan hidup ternak bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan, produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen pemberian pakan yang baik agar sapi bisa tumbuh dengan baik dan memiliki produksi yang baik (Kusnadi,2006).


ISI
Pakan sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi ternak khususnya sapi perah sehingga diperlukan perhatian yang lebih banyak.  Semakin baik ketersediaan dan kualitas pakan yang diberikan, maka akan semakin baik pula hasil produksi yang akan didapat.  Untuk meningkatkan produksi dalam beternak sapi perah maka perlu diketahui jenis pakan dan bagaimana manajemen pemberiannya, serta kebutuhan nutrien sapi perah untuk memenuhi hidup pokok dan produksi (Akramuzzein,2009).
Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang di perluakan dbagi pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi, agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai (Suprajitna,2008).
Bahan  makanan sapi berupa hijauan dan konsentrat (Sudono, 1999).  Sapi perah biasa mengkonsumsi berbagai jenis hijauan dan sisa-sisa hasil pertanian seperti jerami padi atau jagung, dedak, maupun hasil ikutan pabrik misalnya bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas bir, dan ampas kecap.  Namun  ketersedian pakan masih menjadi masalah dalam beternak sapi perah. Konsentrat akan meningkatkan kecernaan ransum, meningkatkan dan menjamin kesinambungan produksi susu dalam jangka panjang.  Hijauan  merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia untuk dapat hidup, berproduksi dan berkembangbiak.
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a) sistem penggembalaan (pasture fattening)
b) kereman (dry lot fattening)
c) kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari (Djarijah,1996).
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya (Djarijah,1996).
Reaves  et al., 1973 menyatakan bahwa manajemen pakan merupakan pengggunaan secara bijaksana sumberdaya yang dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai.  Terdapat empat tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan  nutrien, (2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan ternak.  Keseluruhan tujuan  pemberian pakan tercermin dari usaha pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan.  Kuantitas menjamin banyak sedikitnya pakan untuk ternak sesuai kebutuhannya, kualitas merupakan baik buruknya pengaruh pakan terhadap ternak dan kontinuitas menunjukkan kesinambungan ada tidaknya pakan untuk ternak serta teknik pemberian pakan di lapang.

Pemberian pakan pada sapi perah tidaklah sama namun tergantung pada periode sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi laktasi), manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi dara), dan manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi pedet) (Utomo,2010).

Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah (SAPI LAKTASI)
Pemberian pakan secara individu pada sapi laktasi di kandang atau milking parlorberubah mengarah ke sistem pemberian pakan yang baru. Meskipun metode yang lebih baru tidak seefektif pemberian secara individual, sistem ini lebih ekonomis daripada semua sapi diberi sejumlah konsentrat yang sama  tanpa memperhatikan produksi susu. Di samping itu, ada penghematan tenaga kerja dan fasilitas. Yang paling baik perbaikan pemberian pakan mengkombinasikan “seni dan ilmu pemberian pakan (Muljana,2005).
A. Phase Feeding
Phase Feeding adalah suatu program pemberian pakan yang dibagi ke dalam periode-periode berdasarkan pada produksi susu, persentase lemak susu, konsumsi pakan, dan bobot badan. Lihat ilustrasi bentuk dan hubungan kurva produksi susu, % lemak susu, konsumsi BK, dan bobot badan. Didasarkan pada kurva-kurva tersebut, didapatkan 4 fase pemberian pakan sapi laktasi:
1. Fase 1, laktasi awal (early lactation), 0 – 70 hari setelah beranak.
Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak produksi susu dicapai pada 4-6 minggu setelah beranak. Pada saat ini konsumsi pakan tidak dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan (khususnya kebutuhan energi) untuk produksi susu, sehingga jaringan-jaringan tubuh dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan. Selama fase ini, penyesuaian sapi terhadap ransum laktasi merupakan cara manajemen yang penting. Setelah beranak, konsentrat perlu ditingkatkan 1-1,5 lb per hari untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang meningkat dan meminimisasi problem tidak mau makan dan asidosis. Namun perlu diingat, proporsi konsentrat yang berlebihan (lebih dari 60% BK ransum) dapat menyebabkan asidosis dan kadar lemak yang rendah. Tingkat serat kasar ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus menyediakan minimal 21% NDF dari total ransum. Bentuk fisik serat kasar juga penting, secara normal ruminasi dan pencernaan akan dipertahankan bila lebih dari 50% hijauan panjangnya 1” atau lebih.
Kandungan protein merupakan hal yang kritis selama laktasi awal. Upaya untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan PK selama periode ini membantu konsumsi pakan, dan penggunaan yang efisien dari jaringan tubuh yang dimobilisasi untuk produksi susu. Ransum dengan protein 19% atau lebih diharapkan dapat me-menuhi kebutuhan selama fase ini. Tipe protein (protein yang dapat didegradasi atau tidak didegradasi) dan jumlah protein yang diberikan dipengaruhi oleh kandungan zat makanan ransum, metode pemberian pakan, dan produksi susu. Sebagai patokan, yang diikuti oleh banyak peternak (di luar negeri) memberikan 1 lb bungkil kedele atau protein suplemen yang ekivalen per 10 lb susu, di atas 50 lb susu.
Bila zat makanan yang dibutuhkan saat laktasi awal ini tidak terpenuhi, produksi puncak akan rendah dan dapat menyebabkan ketosis.  Produksi puncak rendah, dapat diduga produksi selama laktasi akan rendah. Bila konsumsi konsentrat terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak mau makan, acidosis, dandisplaced abomasum. Untuk meningkatkan konsumsi zat-zat makanan:
§  beri hijauan kualitas tinggi,
§  protein ransum cukup,
§  tingkatkan konsumsi konsentrat pada kecepatan yang konstan setelah beranak,
§  tambahkan 1,0-1,5 lb lemak/ekor/hari dalam ransum,
§  pemberian pakan yang konstan, dan
§  minimalkan stress.
2. Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak.
Selama fase ini, sapi diberi makan untuk mempertahankan produksi susu puncak selama mungkin. Konsumsi pakan mendekati maksimal sehingga dapat me-nyediakan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Sapi dapat mempertahankan bobot badan atau sedikit meningkat. Konsumsi konsentrat dapat banyak, tetapi jangan melebihi 2,3% bobot badan (dasar BK). Kualitas hijauan tinggi perlu disediakan, minimal konsumsi 1,5% dari bobot badan (berbasis BK) untuk mempertahankan fungsi rumen dan kadar lemak susu yang normal. Untuk meningkatkan konsumsi pakan:
§  beri hijauan dan konsentrat tiga kali atau lebih sehari,
§  beri bahan pakan kualitas tinggi,
§  batasi urea 0,2 lb/sapi/hari,
§  minimalkan stress,
§  gunakan TMR (total mix ration).

Problem yang potensial pada fase 2, yaitu:
§  produksi susu turun dengan cepat,
§  kadar lemak rendah,
§  periode  silent heat (berahi tidak terdeteksi),
§  ketosis.

3. Fase 3, pertengahan – laktasi akhir, 140 – 305 hari setelah beranak.
Fase ini merupakan fase yang termudah untuk me-manage. Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan. Level pem-berian konsentrat harus mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi, dan mulai mengganti berat badan yang hilang selama laktasi awal. Sapi laktasi membutuhkan pakan yang lebih sedikit untuk mengganti 1 pound jaringan  tubuh daripada sapi kering. Oleh karena itu, lebih efisien mempunyai sapi yang meningkat bobot badannya dekat laktasi akhir daripada selama kering.
4. Fase 4, periode kering, 45 – 60 hari sebelum beranak.
Fase kering penting. Program pemberian pakan sapi kering yang baik dapat meminimalkan problem metabolik pada atau segera setelah beranak dan meningkatkan produksi susu selama laktasi berikutnya. Sapi kering harus diberi makan terpisah dari sapi laktasi. Ransum harus diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik: maintenance, pertumbuhan foetus, pertambahan bobot badan yang tidak terganti pada fase 3. Konsumsi BK ransum harian sebaiknya mendekati 2% BB; konsumsi hijauan minimal 1% BB; konsumsi konsentrat bergantung kebutuhan, tetapi tidak lebih 1% BB. Setengah dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program pemberian pakan sapi kering.
Sapi kering jangan terlalu gemuk. Memberikan hijauan kualitas rendah, seperti grass hay, lebih disukai untuk membatasi konsumsi.  Level protein 12% cukup untuk periode kering.
Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering dimulai 2 minggu sebelum beranak, bertujuan:
§  mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi campuran pencerna hijauan dan konsentrat;
§  meminimalkan stress terhadap perubahan ransum setelah beranak.
Kebutuhan Ca dan P sapi kering harus dipenuhi, tetapi perlu dihindari pemberian yang berlebihan; kadang-kadang ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P meningkatkan kejadian milk feverTrace mineral, termasuk Se, harus disediakan dalam ransum sapi kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk mengurangi kejadian milk fever, mengurangi retained plasenta, dan meningkatkan daya tahan pedet.
Problem yang potensial selama fase 4 meliputi milk fever, displaced abomasum, retained plasenta, fatty liver syndrome, selera makan rendah, gangguan metabolik lain, dan penyakit yang dikaitkan dengan fat cow syndrome.
Manajemen kunci yang harus diperhatikan selama periode kering, meliputi:
§  observasi kondisi tubuh dan penyesuaian pemberian energi bila diperlukan,
§  penuhi kebutuhan zat makanan tetapi cegah pemberian yang berlebihan,
§  perubahan ransum 2 minggu sebelum beranak, dengan menggunakan konsentrat dan jumlah kecil zat makanan lain yang digunakan dalam ransum laktasi,
§  cegah konsumsi Ca dan P yang berlebihan, dan
§  batasi garam dan mineral sodium lainnya dalam ransum sapi kering untuk mengurangi problem bengkak ambing.
Pada waktu kering, kondisi tubuh sapi 2 atau 3, sedangkan saat beranak 3,5–4,0. Selama 60 hari periode kering, sapi diberi makan untuk mendapatkan PBB: 120 – 200 lbs.
B. Challenge Feeding (Lead Feeding).
Challenge feeding atau lead feeding, adalah pemberian pakan sapi laktasi sedemikian sehingga sapi ditantang untuk mencapai level produksi susu puncaknya sedini mungkin pada waktu laktasi.
Karena ada hubungan yang erat antara produksi susu puncak dengan produksi susu total selama laktasi, penekanan harus diberikan pada produksi maksimal antara 3 – 8 minggu setelah beranak.
Persiapan untuk challenge feeding dimulai selama periode kering;
§  sapi kering dalam kondisi yang baik,
§  transisi dari ransum kering ke ransum laktasi, mempersiapkan bakteri rumen.
Setelah beranak challenge feeding dimaksudkan untuk meningkatkan pemberian konsentrat beberapa pound per hari di atas kebutuhan sebenarnya pada saat itu. Maksudnya adalah memberikan kesempatan pada setiap sapi untuk mencapai produksi puncaknya pada atau dekat potensi genetiknya.
Waktu beranak merupakan pengalaman yang sangat traumatik bagi sapi yang berproduksi tinggi. Akibatnya, banyak sapi tertekan selera makannya untuk bebe-rapa hari setelah beranak. Sapi yang berproduksi susu sangat tinggi tidak dapat mengkonsumsi energi yang cukup untuk mengimbangi energi yang dikeluarkan. Konsekuensinya, sapi akan melepaskan cadangan lemak dan protein tubuhnya untuk suplementasi ransumnya.  Tujuan dari pemberian pakan sapi yang baru beranak adalah untuk menjaga ketergantungannya terhadap energi dan protein yang disimpan, sekecil dan sesingkat mungkin. Penolakan makanan merupakan ancaman yang besar, sangat perlu dicegah.
Challenge feeding membantu sapi mencapai produksi susu puncaknya lebih dini daripada yang seharusnya, sehingga keuntungan yang dapat diambil adalah,  bahwa pada saat itu,  secara fisiologis sapi  mampu beradaptasi terhadap produksi susu tinggi.
C. Corral (Group) Feeding (Pemberian pakan (group) di kandang).
Pemberian pakan secara individual pada sapi-sapi laktasi sudah mengarah kemechanized group feeding. Hal ini dikembangkan untuk kenyamanan dan peng-hematan tenaga kerja, dibandingkan ke feed efficiency. Saat ini, peternakan dengan beberapa ratus sapi laktasi adalah biasa, dan beberapa peternakan bahkan  me-miliki beberapa ribu ekor. Untuk merancang program nutrisi sejumlah besar ternak, dapat diadaptasikan terhadap kebutuhan spesifik sapi-sapi perah, sapi-sapi di-pisahkan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan produksi (dan kebutuhan nutrisi).
Bila produser memutuskan pemberian pakan secara kelompok, perlu ditentukan jumlah kelompok yang akan diambil. Untuk menentukan jumlah kelompok tersebut pertimbangan perlu diberikan pada hal-hal berikut:
§  besar peternakan (herd size),
§  tipe dan harga bahan pakan,
§  tipe perkandangan, pemberian pakan, dan sistem pemerahan
§  integrasi ekonomi secara keseluruhan dari operasional, sebagai contoh tenaga kerja, mesin-mesin peralatan, dan lain-lain.
Pada peternakan besar (lebih dari 250 sapi perah laktasi), sistem yang biasa digunakan adalah minimal dibentuk 5 kelompok:
§  sapi-sapi produksi tinggi (90 lb. susu/ekor/hari)
§  sapi-sapi produksi medium (65 lb. susu/ekor/hari)
§  sapi-sapi produksi rendah (45 lb susu/ekor/hari)
§  sapi-sapi kering
§  sapi-sapi dara beranak pertama
Lebih banyak kelompok dapat dilakukan pada peternakan yang sangat besar bila kandang dan fasilitas tersedia. Karena pertimbangan pemberian pakan dan sosial, disarankan maksimal 100 ekor sapi per kelompok.  Melalui sistem ini setiap ke-lompok diberi makan menurut kebutuhannya. Kelompok dengan produksi tinggi harus diberi makan yang mengandung zat-zat makanan kualitas tertinggi pada tingkat maksimal. Sapi produksi medium harus diberi makan sedemikian sehingga dapat mengurangi biaya pakan, meningkatkan kadar lemak, memperbaiki  fungsi rumen, mempertahankan persistensi. Sapi produksi rendah sebagaimana untuk produksi medium hanya perlu dipertimbangkan untuk menghindari kegemukan yang berlebihan.
Salah satu problem dalam pemberian pakan secara berkelompok menyangkut adaptasi tingkah laku dari sapi-sapi yang baru dikelompokkan, seperti peck ordertetapi masalah ini tidak terlalu besar. Untuk mengatasi masalah ini pindahkan beberapa ekor sapi bersama-sama ke dalam kelompok baru sebelum diberi makan.
Bila program pemberian pakan secara kelompok diikuti, konsentrat jarang diberikan di tempat pemerahan, biasanya diberikan di kandang. Pemberian pakan berkelompok dapat dengan mudah beradaptasi pada penggunaan complete feeds yaitu konsentrat, hijauan, dan suplemen dicampur menjadi satu, tidak diberikan terpisah.  Beberapa produser yang menggunakan complete feeds lebih menyukai pemberian hijauan kering, khususnya long stemmed hay secara terpisah  untuk meningkatkan stimulasi rumen dan fasilitas pencampuran, karena long hay sulit dicampur dalam mixer.
Keuntungan pemberian pakan berkelompok dan complete feed adalah:
§  produser dapat menggunakan formulasi khusus yang penting untuk ternak
§  mengeliminasi kebutuhan penyediaan mineral ad libitum
§  konsumsi ransum yang tepat
§  difasilitasi pemberian pakan secara mekanis, sehingga mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan
§  mengeliminasi problem yang dikaitkan dengan konsumsi yang tidak terkontrol dari bahan pakan tertentu
§  mengurangi resiko gangguan pencernaan, seperti  seperti displaced abomasum
§  mengurangi pemberian pakan di tempat pemerahan
§  penggunaan maksimal dari formulasi ransum biaya terendah
§  menutupi bah.pakan yang tidak palatabel, seperti urea
§  dapat diadaptasikan terhadap sistem kandang konvensional
§  memungkinkan produser menetapkan rasio serat kasar terhadap proporsi konsentrat dalam ransum
§  mengurangi resiko kekurangan micronutrient
§  menyediakan operator dengan gambaran konsumsi pakan harian kelompok, yang kemudian dapat digunakan memperbaiki manajemen
Di antara kerugian dari pemberian pakan berkelompok dan complete feed adalah:
§  memerlukan peralatan pencampuran yang khusus untuk meyakinkan mencampur secara merata
§  tidak ekonomis membagi peternakan kecil ke dalam kelompok-kelompok
§  tidak dapat diaplikasikan terhadap peternakan yang digembalakan
§  sulit untuk membuat kelompok-kelompok pada beberapa design kandang
§  dapat terjadi mismanagement seperti fat cow syndrome dan problem kesehatan seperti kesulitan melahirkan, reproduksi yang jelek, produksi rendah, konsumsi bahan kering rendah, dan gangguan metabolik. Dalam berbagai kasus problem-problem tersebut tidak timbul segera, biasanya muncul beberapa bulan kemudian.
(Anonim, 2010).

Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah (SAPI DARA)
Antara disapih dan beranak (12 minggu sampai umur 2 tahun) nutrisi sapi dara sering tidak diperhatikan.Sebaiknya program manajemen pemberi pakan ini meliputi 3 fase yang berbeda, yaitu:
1.             Sejak disapih (12 minggu) hingga umur 1 tahun. 
Selama periode ini, sapi dara diberi makan hijauan free choice  dan butiran/ konsentrat  terbatas. Jumlah dan kandungan protein dari konsentrat ditentukan oleh kualitas hijauan. Pastura dapat digunakan dengan baik dalam program pemberian pakan, sepanjang disuplementasi dengan grain mix, hijauan kering,dan mineral yang mencukupi (dapat diberikan dalam grain mix atau free choice). Perlu disediakan air bersih dan segar.
Selama periode ini sapi dara jangan overfeeding dan terlalu gemuk. Kondisi yang berlebihan akan menghambat perkembangan jaringan sekretori ambing  selama periode kritis (per-kembangan yang maksimal) antara umur 3-9 bulan dan menyebabkan produksi susu rendah. Overconditioning setelah umur 15 bulan tidak mempengaruhi jaringan sekretori ambing.

2.             Sapi dara, umur 1 tahun - 2 bulan sebelum beranak pada umur 2 tahun. B
Bila tersedia hijauan kualitas tinggi, dapat menjadi satu – satunya bahan pakan untuk sapi dara umur 1 tahun (tanpa konsentrat), dilengkapi  denganmineral mix yang disediakan free choice (adlibitum).  Sapi dara dapat tumbuh 0,8-0,9 kg/hari. Bila pertumbuhan tidak  memuaskan dapat ditambahkan konsentrat.
3.             Dua bulan sebelum beranak - beranak.
Pemberian pakan periode ini dapat mempengaruhi produksi susu selama laktasi pertama. Selama 2 bulan terakhir kebuntingan sapi dara akan bertambah bobot badannya sekitar 0,9 kg /hari, sedangkan pada awal  kebuntingan 0,8 kg/hari. Sapi dara yang tumbuh dengan cepat pada  waktu beranak dan secara kontinyu tumbuh selama laktasi pertama alan menjadi penghasil susu yang lebih persisten dibandingkan dengan sapi dara yang full-size  pada saat beranak.
Jumlah konsentrat yang diberikan sebelum beranak akan dipengaruhi oleh : kualitas hijauan, ukuran dan kondisi sapi dara. Sebagai patokan beri konsentrat 1% dari bobot badan mulai 6 minggu sebelum beranak. Ransum. perlu cukup protein, mineral, dan vitamin. Kelebihan konsumsi garam akan menyebabkan bengkak ambing, perlu dicegah pada 2 minggu terakhir sebelum beranak.
Sapi dara yang tumbuh dengan baik tidak akan menghadapi problem yang serius pada waktu beranak. Namun manajemen nutrisi dapat memudahkan saat beranak dalam 2 hal, yaitu: (1) ukuran pedet, dan (2) tingkat kegemukan induk.   Sapi dara yang gemuk akan menghadapi insiden distokia yang lebih tinggi karena pembukaan pelvic yang kecil  dan biasanya ukuran pedet yang lebih besar. Underfeeding atau sapi dara yang tumbuh jelek membutuhkan lebih banyak asisten saat beranak dan resiko kematian lebih tinggi.
(Sudono,1990).

Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah (PEDET)

Satu fase yang paling penting dari produksi ternak perah adalah pemberian pakan dan manajemen pedet. Lebih dari 20% pedet mati sebelum sebelum mencapai umur dewasa. Dengan manajemen yang baik mortalitas dapat ditekan 3-5%. Banyak pedet mati karena kesalahan nutrisi, perkandangan dan manajemen yang tidak benar. Dengan pemberian pakan, manajemen dan sanitasi yang baik (Arizona Dairy) dapat menurunkan mortalitas hingga hanya 2,7% (1,4% pada waktu lahir dan selama 24 jam pertama, dan 1,3% setelah 24 jam).
Ada 4 bahan pakan yang biasa diberikan pada pedet, yaitu: (a) kolostrum, (b) susu, (c) milk replacer, dan (d) calf starter
Kolostrum perlu diberikan secepat mungkin setelah kelahiran (idealnya 15 menit atau dalam jangka waktu 4 jam) untuk proteksi terhadap penyakit. Kolostrum dapat diberikan langsung dari induk, botol, atau ember. Pemberian kolostrum dini diperlu-kan karena :
1.      Pedet yang baru lahir tidak mempunyai antibodi sebagai proteksi terhadap pe-nyakit.
2.      Kemampuan pedet untuk menyerap immunoglobulin (komponen proteksi penya-kit) berkurang setelah 24-36 jam.
3.      Pedet mudah terinfeksi dengan bakteri patogen segera setelah lahir.
Kolostrum biasanya diberikan sekitar 6% dari bobot badan.
Surplus kolostrum (kelebihan kolostrum) dapat dibekukan dan disimpan dalam jangka waktu 1 tahun atau lebih tanpa kehilangan nilai antibodinya. Dapat dicairkan, panaskan sekitar 100°F. Sour colostrum adalah surplus kolostrum yang disimpan dan difermentasi secara alami.
Kolostrum terdiri dari bahan kering yang sepertiga lebih banyak dari susu ataureconstituted milk replacer, dan sangat mudah dicerna. Oleh karena itu, penyimpan-an untuk pemberian pakan selanjutnya sangat dianjurkan. Dapat diberikan secara segar; dapat dibekukan kemudian dicairkan sebelum diberikan; atau disimpan se-bagai sour colostrum. Encerkan hingga 25-50% bila akan diberikan pada pedet lain (bukan yang baru lahir) untuk mencegah overfeeding dan scours (diarrhae).
Pemberian pakan dengan susu penuh (susu segar), pedet menerima sejumlah terbatas susu hingga disapih. Pedet disapih bila telah mengkonsumsi cukup banyak konsentrat. Metode ini merupakan yang terbaik ditinjau dari pertambahan bobot badan (PBB) dan menimbulkan gangguan lambung yang terendah, tetapi susu merupakan makanan yang mahal.
Milk replacer bervariasi dalam kualitas, pembeli perlu mempelajari labelnya. Yang terbaik terdiri dari:
-    minimal 20% protein, semua dari produk susu  seperti skim milk, butter milkpowder, casein, milk albumen dll. Bila protein dalam milk replacer berasal dari tumbuhan, perlu protein lebih dari 22%. Sebagian besar protein dianjurkan dari produk susu.
-    lemak 10-20%
Milk replacer dapat diberikan pada hari ke tiga setelah dilahirkan atau segera setelah susu dapat dipasarkan. Ikuti cara yang ditetapkan oleh pabrik dalam mencampur milkreplacer. Metode umum: 1 pound milk replacer ditambah dengan 9 pound air.
Calf starter merupakan campuran butiran yang secara khusus disiapkan untuk pedet. Jagung dan gandum biasanya merupakan komponen utama dari calf starter.Starter mengandung sumber protein tinggi plus mineral dan vitamin. Starter haruspalatable supaya pedet dapat makan sesegera mungkin. Beberapa ada yang ditambah dengan molase supaya terasa manis. Pedet lebih menyukai bentuk yang kasar daripada yang digiling halus. Calf starter sebaiknya mengandung 16-18% protein dan 72-75% TDN untuk mencukupi zat-zat makanan esensial bagi pedet.
Calf grower diberikan bila pedet berumur 6-8 minggu. Level (kandungan) protein disesuaikan dengan kualitas hijauan.
Hijauan berupa hay kualitas bagus dapat diberikan bila pedet berumur 2 minggu atau umur 5-10 hari. Silage (jagung) atau pastura jangan diberikan sebelum umur 3 bulan karena kandungan air yang tinggi yang dapat membatasi konsumsi dan pertumbuhan (Sudono,1990).


KESIMPULAN
Keberhasilan produksi sapi perah bergantung pada pakan. Pakan yang dikonsumsi oleh ternak harus mengandung gizi yang tinggi. Pakan yang dikonsumsidigunakan untuk pertumbuhan, produksi hidup pokok dan reproduksinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik, sistem dan fungsi saluran ternak. Manajemen pakan merupakan pengggunaan secara bijaksana sumberdaya yang dimiliki agar tujuan pemberian pakan tercapai.  Terdapat empat tujuan pemberian pakan termasuk (1) memenuhi kebutuhan ternak akan  nutrien, (2) palatabel, (3) ekonomis, dan (4) baik untuk kesehatan ternak.  Keseluruhan tujuan  pemberian pakan tercermin dari usaha pemenuhan kebutuhan pakan secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas serta teknik pemberian pakan yang digunakan.  Pemberian pakan pada sapi perah tidaklah sama namun tergantung pada periode sapi perahnya, manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi laktasi), manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi dara), dan manajemen pemberian pakan sapi perah (sapi pedet)

1.              
DAFTAR PUSTAKA
Akramuzzein. 2009. Program Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Untuk Tingkat Peternak Dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim, 2010.  Master Kuliah Manajemen Ternak Perah FAPET UNPAD. Bandung.
Anonim, 2010.  Master Kuliah Manajemen Ternak Perah FAPET UNPAD. Bandung.
Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius.
Kasim , S.N. dkk . 2011. Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah Di Kabupaten Enrekang. Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) .
Kusnadi, Uka dan E. Juarini. 2006. Optimalisasi Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Perah Dalam Upaya Peningkatan Produksi Susu Nasional. WARTAZOA Vol. 17 No. 2.
Muljana.  2005 Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah.  Penerbit Aneka Ilmu.  Semarang.
Reaves, P. M., E. J. Robert, and M. E. William.  1973.  Dairy Cattle: Feeding and Management.  John Wiley and Sons Inc.  Canada.
Sudono, A. 1990. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Bina Produksi Pertanian. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah. Departemen Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 
Suherman, Dadang. 2010. Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 3, No 1.
Suprajitna. 2008. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.  Bogor.
Utomo, Budi dan Miranti D P.  2010. Tampilan Produksi Susu Sapi Perah Yang Mendapat Perbaikan Manajeman Pemeliharaan. Caraka Tani XXV No.1.

  

1 komentar:

Agil mengatakan...

untuk manajemen perkandangannya apasaja yang harus diperhatikan soalnya kemarin praktikum di exfarm banyak banget diantaranya mengitung kemiringan kandang,membersihkan tempat pakan serta lantai kandang dan memandikan sapi, semua cukup membantu thanks,,,, mahasiswa unsoed fapet

Posting Komentar