MAKALAH ILMU DAN TEKNOLOGI
DAGING TELUR SUSU DAN KULIT
“Struktur Dan Komposisi Kimia Kulit”
OLEH
:
KELOMPOK
9
Darmuji D1E009144
Lely
Nurul F. D1E009197
Meiliana D1E009263
Rovita
Hemas D1E010152
Yudhistira
R. D1E010153
Nur
Fitriyani D1E010155
Muh.
Triyadi H. D1E010156
Febri
Dwi R. D1E010159
Ridho
Tri P. D1E010162
Erlindani
Setya M. D1E010165
Nuari
Raharining T. D1F012017
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................... i
DAFTAR
ISI............................................................................................... ii
PENDAHULUAN.................................................................................. 1
PEMBAHASAN..................................................................................... 4
A.
Struktur Kulit................................................................................ 4
B.
Komposisi Kimia Kulit................................................................. 6
PENUTUP.............................................................................................. 8
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 9
I. PENDAHULUAN
Kulit adalah hasil samping dari pemotongan ternak, merupakan lapisan terluar
dari tubuh hewan, diperoleh setelah hewan tersebut
mati dan dikuliti. Kulit dari ternak besar dan kecil baik itu sapi,
kerbau, dan domba serta kambing memiliki struktur jaringan yang kuat dan berisi, sehingga
dalam penggunaanya dapat di pakai untuk keperluan pangan dan non pangan
(Sudarminto, 2000). Kulit segar hasil pemotongan ternak dapat langsung disamak
atau diproses lebih lanjut, tetapi tidak semua kulit menjadi bahan baku
industri penyamakan maka kulit yang tidak dapat digunakan dalam penyamakan bisa
langsung diproses dalam bentuk produk pangan seperti dibuat kerupuk rambak.
Kulit merupakan salah satu alternatif bahan pangan yang masih memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi.
Kandungan gizi antara kulit dengan daging bisa
dikatakan relatif sama. Kulit mengandung protein, kalori, kalsium, fosfor,
lemak, besi, vitamin A, dan vitamin B1. Zat-zat gizi tersebut
jumlahnya bervariasi, tetapi kandungan protein, kalori, dan fosfornya cukup tinggi (Sutejo,2000). Kulit
mentah mengandung kadar air sebeesar 64%, protein 33%, lemak 2%, mineral 0,5%,
dan senyawa lain seperti pigmen 0,05% (Sharphouse, 1971).
Kulit
merupakan organ tunggal tubuh paling berat, pada sapi sekitar 6-8%, dan domba
8-12%, dengan demikian kulit juga merupakan hasil ikutan ternak yang paling
tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by-product
yang dihasilkan oleh seekor ternak. Pada ternak hidup, kulit mempunyai banyak
fungsi antyara lain sebagai alat perasa, pelindung jaringan di bawahnya,
memberi bentuk, mengatur suhui tubuh, tempat sintesis vitamin D, alat gerak
pada ular, alat pernapasan pada amfibi, dan tempat menyimpan cadangan energi
terutama pada domba dan babi.
Fungsi
utama kulit adalah melindungi kerusakan dan infeksi mikroba jaringan yang ada
di bawahnya. Setelah ternak dipotong, kulit akan kehilangan fungsinya, dan
menjadi hasil ikutan yang akan segera turun kualitasnya bila tidak segera
disamak atau diawetkan. Secara histologi, kulit tersusun dari tiga lapisan
yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Epidermis merupakan bagian kulit paling
atas tersusun dari sel epitel pipih kompleks, pada lapisan ini juga terdapat
asesori epidermis seperti rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat, dan otot
penegak rambut. Di bawahnya terletak lapisan dermis atau kulit jangat yang
tersusun dari jaringan ikat padat. Pada lapisan paling bawah terdapat
hipodermis yang tersusun dari jaringan ikat longgar, jaringan adiposa, dan sisa
daging.
Pada
proses penyamakan, kulit jangat inilah yang akan disamak dan diubah menjadi
kulit samak yang bersifat lentur, fleksibel, kuat dan tahan terhadap pengaruh
cuaca dan serangan mikroba. Lapisan epidermis tersusun dari jaringan ikat
keratin yang relatif tahan terhadap serangan bahan kimia maupun agen biologi
(mikroba dan ensim) Pada kulit terdapat dua jenis keratin yaitu keratin lunak
yang menyusun akar rambut dan lapisan epidermis bawah, dan keratin keras
menyusun batang rambut. Keratin lunak mudah larut dan mudah diserang oleh ensim
(misal alkalin protease), sedangkan keratin keras sangat tahan terhadap bahan
kimia dan ensim kecuali sulfida dan keratinase. Lapisan epidermis harus
dihilangkan sebelum disamak, biasanya menggunakan bahan kima kapur dan Na2S.
Lapisan epidermis juga dapat dihilangkan secara enzimatis menggunakan sedikit kapur dan Na2S
dan enzim
alkalin protease atau keratinase.
Lapisan
hipodermis dibuang dari kulit secara mekanis pada proses buang daging
(fleshing). Kulit segar tersusun dari
64% air, 33% protein, 2% lemak, 0,5% garam mineral dan 0,5% penyusun lainnya
misalnya vitamin dan pigmen. komponen penyusun kulit terpenting adalah protein
terutama protein kolagen. Protein kulit terdiri dari protein kolagen, keratin,
elastin, albumin, globulin dan musin. Protein albumin, globulin dan musin larut
dalam larutan garam dapur. Protein kolagen, keratin dan elastin tidak larut
dalam air dan pelarut organik. Protein kolagen inilah yang akan direaksikan
menjadi bahan penyamak kulit untuk menghasilkan kulit samak. Protein kolagen
sangat menetukan mutu kulit samak.
Kulit
samak adalah kulit hewan yang telah diubah secara kimia guna menghasilkan bahan
yang kuat, lentur, dan tahan terhadap pembusukan. Hampir semua kulit samak diproduksi
dari kulit sapi, domba dan kambing. Kadang-kadang kulit samak juga dihasilkan
dari kulit kuda, babi, kangguru, rusa, reptil, lumba-lumba dan singa laut.
Akhir-akhir ini kulit ikan kakap, kulit ikan pari dan ikan tuna juga telah
disamak. Kulit samak digunakan untuk menghasilkan berbagai macam barang seperti
sepatu, sendal, tas, ikat pinggang, koper, jaket,
topi, jok mobil, sarung HP, dompet dan cindera mata seperti gantungan kunci.
Barang kerajinan lain yang dihasilkan dari kulit mentah misalnya wayang kulit,
hiasan dinding, kaligrafi, beduk,
genderang, kendang, dan kipas. Kulit juga dapat digunakan untuk produksi krupuk
kulit, gelatin dan lem kulit.
II.
PEMBAHASAN
2.1 STRUKTUR
KULIT
Kulit
adalah lapisan luar tubuh ternak yang merupakan suatu kerangka luar, tempat
bulu binatang itu tumbuh yang berfungsi sebagai indera perasa, pelindung tubuh
dari pengaruh luar, tempat pengeluaran hasil pembakaran, dan penyaringan sinar
matahari (Sunarto, 2001). Ditinjau secara histologis kulit terdiri dari tiga
lapisan, yaitu lapisan epidermis, corium (derma), dan hypodermis (subcutis). Lapisan epidermis
merupakan lapisan terluar dari kulit yang strukturnya berbentuk seluler dan
terdiri dari lapisan sel ephitel, yaitu basal, spinosum, globulosum dan
lucidum. Tebal lapisan epidermis kurang lebih 2% dari tebal kulit
seluruhnya (Judoamidjoyo, 1984).
Corium terdiri
dari dua lapisan, yaitu papilaris yang tebalnya ±17% dan reticularis yang
tebalnya ±68% (Sunarto, 2001). Lapisan subcutis atau hypodermis merupakan
tenunan ikat longgar yang menghubungkan corium dengan bagian-bagian lain
di bawahnya pada tubuh hewan. Hypodermis sebagian besar terdiri dari
serat-serat kolagen dan elastin. Ruangan-ruangan subcutis biasanya
terisi dengan jaringan lemak, sehingga harus dihilangkan terlebih dahulu
sebelum diproses buang daging (Judoamidjoyo, 1984). Yuwono (1991) menyatakan
bahwa komponen kulit segar yaitu air 60-65%, protein 30%, lipid 0,5-7%,
mineral, karbohidrat, enzim dan zat warna (pigmen) 0,5%.
Struktur kulit ialah kondisi susunan
serat kulit yang kosong atau padat, dan bukan mengenai tebal atau tipisnya
lembaran kulit. Dengan kata lain, menilai kepadatan jaringan kulit menurut
kondisi asal (belum tersentuh pengolahan). Struktur kulit dapat dibedakan
menjadi empat kelompok berikut :
1. Kulit
berstruktur baik
Kulit yang berstruktur baik memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Perbandingan
antara berat, tebal, dan luasnya seimbang. Perbedaan tebal antara bagian
croupon, leher, dan perut hanya sedikit, dan bagian-bagian tersebut
permukaannya rata.
Gb. 1 Struktur kulit
b. Kulit terasa
padat (berisi)
2. Kulit
berstruktur buntal (Gedrongen)
Kulit yang berstruktur buntal memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kulit tampak
tebal, bila dilihat dari perbandingan antara berat dengan luas permukaan
kulitnya.
b. Perbedaan
antara croupun, leher, dan perut hanya sedikit.
3. Kulit
berstruktur cukup baik.
Kulit yang
berstruktur cukup baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kulit tidak begitu
tebal, bila dilihat dari perbandingan antara berat dengan luas permukaan kulit.
b. Kulit berisi
dan tebalnya merata
4. Kulit
berstruktur kurang baik
Kulit yang berstruktur kurang baik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bagian croupun dan perut agak tipis,
sedangkan bagian leher cukup tebal.
b. Peralihan dari
bagian kulit yang tebal ke bagian kulit yang tipis tampak begitu menyolok.
c. Luas bagian
perut agak berlebihan, sehingga bagian croupun luasnya berkurang.
2.2 KOMPOSISI KIMIA KULIT
Kulit segar secara kimiawi terdiri
dari air, protein, lemak dan mineral. Dari materi-materi tersebut diatas, yang
sangat penting adalah protein kulit, karena materi yang lain sebagian besar
atau seluruhnya dibuang dalam proses pengawetan dan penyamakan kulit. Komposisi
kimia kulit segar secara dianalisa secara kimiawi melalui approximate analysis terdiri atas 64% air, 33% protein, 0,5% lemak, 0,5% substansi
lain seperti pigmen dan lain-lain. 33% protein tersebut terdiri atas protein
yang berbentuk (fibrall) dan protein yang berbentuk (globular). Protein yang
berbentuk meliputi 0,5% elastin, 29% kolagen dan 2% elastin, sedangkan protein yang
tidak berbentuk meliputi 1% albumin dan globulin serta 0,7 % mucin dan micoid.
Pada umumnya kulit segar setelah dikeringkan kadar airnya
akan turun menjadi 1 – 15 %, sehingga perbandingan antara kulit segar dan kulit
kering menjadi 220 – 250 berbanding 100. Perbandingan tersebut umumnya
digunakan sebagai patokan didalam proses perendaman yaitu pengembalian kulit
kering menjadi segar.
Protein kulit kira–kira merupakan 80% dari total berat
kering kulit. Macamnya banyak dan komposisinya sangat kompleks. Protein kulit
dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :
a. Protein yang berbentuk diantaranya
yang terpenting adalah kolagen. Juga elastin dan keratin.
b. Protein yang tidak berbentuk,
diantaranya adalah globulin dan albumin.
Garam krom yang biasa digunakan untuk menyamak kulit
berwarna hijau, berupa tepung yang basisitasnya 33% dengan kandungan krom
tertentu. Sebagai contoh : chromosal B, chrometan B, baychrom A, chromosal SF, dan sacro R. untuk menaikkan
basisitas garam khrom, digunakan natrium karbonat (Na2CO3).
untuk menaikkan basisitas 100 g Cr2O3 setinggi 1%
diperlukan soda abu sebanyak 2,14 gram. Bila yang dimiliki garam khrom yang valensi Cr-nya 6 untuk dapat digunakan sebagai
bahan penyamak harus disusutkan terlebih dahulu, dengan direaksikan dengan
bahan-bahan penyusut dalam suasana asam. Bahan penyusut yang digunakan
biasanya gula, molase, asam yang digunakan asam sulfat.
Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Komposisi kimia gelatin yang diambil dari tendon
hewan terdiri dari 50,11% karbon, 6,56% hidrogen, 17,81%
nitrogen, 25,26%
oksigen, dan 0,26% sulfur (Winton, 1949). Gelatin sebagian besar
terdiri dari glysin, prolin, dan sisanya adalah 4-hidroksiprolin. Struktur
tipikalnya adalah Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-4 Hyp-Gly-Pro. Gelatin terdiri dari
banyak rantai polipeptida atau formasi helix-prolin panjang yang
masing-masingnya terdiri dari 300-4000 asam amino. Larutan melalui transisi
helix yang berliku-liku diikuti oleh penyatuan rantai-rantai helix dengan
formasi kolagen seperti formasi helixprolin-triple
/ hidroksiprolin yang
memiliki banyak daerah simpangan. Interaksi silang (cross-links) secara kimia mampu merubah sifat gel, menggunakan
transglutaminase (enzim) untuk menghubungkan lysine dan sisa glutamine.
PENUTUP
Kulit adalah hasil samping dari pemotongan ternak yang
merupakan lapisan terluar dari tubuh hewan. Kulit diperoleh setelah hewan mati
dan dikuliti. Kulit ternak ruminansia memiliki struktur jaringan yang kuat dan
berisi sehingga dalam penggunaanya dapat dipakai untuk keperluan pangan dan non
pangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Narwanto dan Sri Mulyani. 2003. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang
Sharphouse, J.B. 1971. Leather
Technician s Handbook. Product Association. London.
Sudarminto, 2000. Pengaruh Lama Perebusan Pada Kulit Sapi. Jurusan Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Sutejo, A. 2000. Pembuatan Rambal Sapi. Jurnal Makanan
Tradisonal.
1 komentar:
situs taruhan casino online terbesar di indonesia
Bonus Rollingan 0.5% + 0.7% Setiap Minggu
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website bolavita1.com
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
Telegram : +62812-2222-995 / https://t.me/bolavita
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita
Posting Komentar