LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN REPRODUKSI DAN
PEMULIAAN TERNAK
Disusun
Oleh:
Kelompok
8B
1. Erlindani
Setya M. D1E010165
2. Aji
Pamukti D1E010166
3. Ariesta
Dwi A. D1E010167
4. Laeli
Al- kuriyah D1E010168
5. Moh.
Fahmi M. D1E010169
6. Praga
Rizki G. D1E010170
7. Novita
Kurnia A. D1E010171
8. Fika
Fitriani B. D1E010172
KEMENTRIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PETERNAKAN
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelinci memiliki karakter selalu siaga pada lingkungan sekelilingnya
dan akan bereaksi ageresif untuk menjauhi ancaman yang berada
disekitarnya. Mereka mampu melakukan pengamatan terhadap lingkungan dengan
jangkauan yang jauh. Sehingga kelinci merupakan hewan yang
sangat aktif. Kelinci merupakan salah satu jenis
ternak yang mudah dalam pemeliharaanya, di Indonesia terdapat berbagai jenis
kelinci, namun sangat sulit mengetahui yang merupakan asal lokal karena
banyaknya ternak kelinci yang di datang ke Indonesia. Banyak faktor yang
menyebabkan mengapa ternak kelinci tidak begitu populer di tengah masyarakat
pada saat ini sehingga dalam perkembanganya ternak kelinci tidaki begitu
berkembang dan kebanyakan ternak kelinci hanya digunakan untuk ternak hiasan
atau untuk mainan. Indonesia sangat cocok untuk pengembangan ternak kelinci
selain mudah dalam perawatannya dan tersedianya sumber makanan kelinci yang
cukup juga minat masyarakat yang
mulai tumbuh terhadap ternak keinci.
Kelinci
adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak
bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga
ke daratan Eropa. Pada perkembangannya, tahun 1912, kelinci diklasifikasikan
dalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae
(jenis pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk di dalamnya jenis
kelinci dan terwelu). Jenis-jenis kelinci Secara umum, kelinci terbagi menjadi
dua jenis. Pertama, kelinci bebas. Kedua, kelinci peliharaan. Yang termasuk
dalam kategori kelinci bebas adalah terwelu (Lepus curpaeums) dan kelinci liar
(Oryctolagus cuniculus). Menurut rasnya, kelinci terbagi menjadi beberapa
jenis, di antaranya Angora, Lyon, American Chinchilla, Dutch, English Spot,
Himalayan, dan lain-lain. Di Indonesia banyak terdapat kelinci lokal, yakni
jenis kelinci jawa (Lepus negricollis) dan kelici sumatera (Nesolagus
netseherischlgel).
Pada
pemeliharan ternak untuk menentukan
produktifitas ternak, dasar utama yang perlu diketahui adalah sifat reproduksi
ternak tersebut. Untuk mendapatkan potensi reproduksi yang baik ada beberapa
hal yang perlu di ketahui yaitu pemilihan bibit baik untuk jantan maupun
betina, pada kelinci sehat mempunyai ciri-ciri telinga tegak dan bersih, otot
paha tebal, mata bersinar dan bulat mulut dan hidung kering dan bersih ekor
tegak dan kering juga anusnya kering, bulu punggung panjang dan halus, kuku
pendek. Kelinci bibit harus mempunyai kriteria berat sesuai dengan umur dan
jenissnya, bulu halus dan licin, mata bersinar, mempunyai catatan perkawinan
dan kelahiran sehingga diketahui asal usulnya, bibit diambil dari induk-induk
yang mempunyai produksi susu baik, litter size tinggi, pertumbuhannya cepat dan
tahan terhadap penyakit, angka kematian anak rendah, berat lahir dan sapih yang
tinggi, induk mempunyai sifat keibuan yang baik.
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui produktivitas ternak kelinci yang kami pelihara terutama dalam hal
litter size.
1.3 Manfaat
Dapat
mengetahui produktivitas ternak kelinci yang kami pelihara terutama dalam hal
litter size.
1.4 Waktu dan Tempat
Praktikum
Manajemen Reproduksi Ternak dalam acara Penggabungan dengan Pejantan dilakukan
pada tanggal 10 Mei – 14 Mei 2012 bertempat di Experimental Farm, Jl. Dr.
Soeparno, Purwokerto.
Praktikum
Manajemen Reproduksi Ternak dalam acara Pemisahan dari Pejantan dilakukan pada
tanggal 14 Mei 2012 bertempat di Experimental Farm, Jl. Dr. Soeparno,
Purwokerto.
Praktikum
Manajemen Reproduksi Ternak dalam acara Pemeliharaan Kelinci dilakukan pada
tanggal 14 Mei – 17 Juni bertempat di Experimental Farm, Jl. Dr. Soeparno, Purwokerto.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Ternak ini semula hewan liar
yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan
keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap negara di
dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang
relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci
dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya
penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut
rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut trewelu dan sebagainya (Sinaga. 2009).
Menurut Sarwono, 2001
menyatakan bahwa dalam memelihara ternak kelinci,
harus ada tujuan dari produk utama yang diinginkan, hal ini untuk menunjang
keberhasilan dalam usaha ternak kelinci, karena dengan adanya tujuan
pemeliharaan maka akan memudahkan dalam penentuan pakan, manajemen kandang,
reproduksi, dan pemasaran. Aspek
reproduksi memegang peranan penting dalam rangka pertambahan jumlah populasi.
Ternak kelinci termasuk dalam
satu jenis ternak prolific artinya mampu beranak banyak per kelahiran. Sistem
perkawinan pada ternak kelinci dapat dilakukan secara alami maupun dengan
inseminasi buatan, biasanya dalam mengawinkan kelinci yang betina dimasukkan
pada jantan, bilamana kelinci betina sedang birahi, dan biarkan bebnerapa
hari sampai terjadi kebuntingan yang ditandai bahwa kelinci betina tidak mau
menerima lagi pejantan, sehingga kelinci bisa dikawinkan kapan saja, sex ratio
antara jantan dan betina adalah 1 : 10, namun perlu diketahui berahi pada
kelinci bersifat induksi yang berarti bahawa bila terjadi rangsangan maka akan
terjadi ovulasi, dan ovulasi terjadi 10 jam setelah terjadi rangsangan, dan
fertilisasai terjadi 1 – 2 jam setelah ovulasi, daya fertil ovum 6 jam, lama
bunting rata-rata 30 hari, siklus estrus 12 – 14 hari ditambah 4 hari masa
menolak, umur dikawinkan 5 – 7 bulan atau tergantung pada type kelinci,
biasanya type kecil lebih cepat dewasa kelamin dari pada type besar (Sinaga,
2009).
Sistem reproduksi
tersusun atas sistem genital interna dan eksterna. Pada
kelinci betina organ interna berupa sepasang ovarium dan uterus. Ovarium
terletak sebelah kaudal dari ren dan didalamnya terdapat folikel-folikel
Graaf berbentuk gelembung. Uterus berjumlah sepasang dan berkelok-kelok
dan terbagi atas infundirambutm, tuba, dan uterus. Organ eksterna tersusun
atas vagina, vulva, labium majus, labium ninus, dan clitoris (Tim
Dosen anatomi hewan UGM). Sedangkan pada jantan memiliki organ reproduksi interna
dan eksterna. Pada organ interna terdiri dari testis dan epididimis. Testis
terdapat sepasang yang terletak dalam scrotum. Testis merupakan pengahasil
sperma terus dikeluarkan melalui epididimis yang merupakan tempat
pematangan kemudian ke vasdeferens. Sedangkan pada organ eksterna
berupa penis. Penis ini merupakan alat kopulasi dan tersusun
dari corpus cavernosusm penis dan corpusgavernosum urethrae. Disamping itu
juga terdapat kelenjar-kelenjar yang membantu sistem reproduksi
(Kastawi, 1992).
Siklus
reproduksi ialah rangkaian semua kejadian biologic kelamin yang berlangsung
secara sambung menyambung hingga lahir generasi baru dari suatu makhluk hidup.
Di dalam hal ini yang mempunyai hubungan sangat era dan memegang peranan
penting dalam siklus reproduksi ialah pubertas. Sedangkan pubertas (dewasa
kelamin) itu sendiri adalah suatu periode dimana organ-oran reproduksi hewan
jantan dan betina berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi (cole dan
Cupp,1977 dalam Hanum, 1985). Pada hewan jantan pubertas ditandai oleh
kesanggupan berkopulasi dan menghasilkan sperma disertai perubahan-perubahan
kelamin sekunder lainnya. Pada hewan betina, pubertas ditandai dengan
terjadinya estrus dan ovulasi. Kelinci mulai mencoba kopulasi sebulan atau 2
bulan sebelum mencapai dewasa kelamin, tetapi tidak bisa untuk memproduksi anak
sebelum ia mengalami dewasa kelamin. Menurut Templeton (1968) dalam Hanum 1985),
dewasa kelamin pada kelinci tergantung pada bangsanya, jenis kelinci lebih
cepat mencapai dewasa kelamin dibanding dengan jenis kelinci yang lebih beasr.
Jenis kelinci kecil mencapai dewasa kelamin pada umur 4 bulan, jenis menengah
mencapai umur 6 sampai 7 bulan dan jenis berat mencapai dewasa kelamin pada
umur 9 sampai 12 bulan. Dewasa kelamin lebih dahulu terjadi sebelum dewasa
tubuh terjadi, oleh sebab itu ternak betina tidak dikawinkan pada waktu
munculnya tanda-tanda pubertas yang pertama karena untuk mencegah hewan betina
bunting, sedang kondisi badan masih dalam proses pertumbuhan, sehingga tidak
menguntungkan bagi pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak dikandungnya
(Coleman, 1965 dalam Hanum, 1985).
Siklus
berahi kelinci tidak beraturan sebagaimana didapatkan pada kebanyakan hewan
lainnya. Pada saat pubertas, follicle stimulating hormone (FSH) dilepaskan ke
dalam aliran darah menyebabkan pertumbuhan folikel-folikel pada ovarium.
Sewaktu folikel-folikel tersebut tumbuh dan menjadi matang, berat ovarium
meninggi dan estrogen disekresikan di dalam ovarium untuk dilepaskan ke dalam
aliran darah. Estrogen menyebabkan hewan betina menerima hewan jantan. Umumnya
perkembangan folikel terjadi dalam beberapa gelombang, pada waktu yang sama 5
sampai 10 yang berkembang pada tingkat yang sama di ovarium. Folikel yang mulai
berkembang ada terus menerus, jadi terdapat beberapa tingkatan perkembangan
dari folikel. Apabila folikel-folikel telah matang, mereka aktif dalam
memproduksi estrogen selama kira-kira 12 sampai 14 hari. Setelah periode ini,
jika ovulasi tidak terjadi, folikel akan mengalami degenerasi, sesuai dengan
pengurangan tingkat estrogen dan kemauan untuk menerima hewan jantan (Hafez,
1970 dalam Hanum, 1985).
Fertilisasi
adalah penyatuan dua sel, yaitu gamet jantan dan betina, untuk membentuk suatu
sel zygote yang merupakan suatu proses
yang dapat ditinjau dalam 2 aspek :
a. Dalam
aspek embriologik, fertilisasi meliputi pengaktifan ovum oleh spermatozoa.
Tanpa rangsangan fertilisasi, ovum tidak akan memulai “cleavage” dan tidak ada
perkembangan embriologik.
b. Dalam
aspek genetic, fertilisasi meliputi pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan
ke dalam ovum. Di sinilah terletak manfaat perkawinan atau inseminasi ialah
menyatukan faktor-faktor unggul kedalam satu individu baru (Tolihere, 1981).
Sesudah proses fertilisasi, dimulai masa
kebuntingan yang diakhiri pada waktu kelahiran. Di dalam peternakan, periode
kebuntingan pada umumnya dihitung mulai dari perkawinan yang terakhir sampai
terjadinya kelahiran anak. Lama bunting ditentukan secara genetic walaupun
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor maternal, foetal dan lingkungan, misalnya
ukuran dan umur induk mempengaruhi lama kebuntingan, masa kebuntingan lebih
lama umumnya menunjukkan hanya sedikit jumlah anak yang dikandung, dan foetus
yang besar lebih pendek waktunya dalam kandungan daripada yang kecil, serta
suhu yang tinggi dapat memperpanjang masa kebuntingan (Cole dan Cupps, 1979
dalam Hanum, 1985).
Menurut
Hafez (1970) dalam Hanum (1985), masa kebuntingan rata-rata ternak kelinci 30
sampai 33 hari, ini terjadi 98% pada kelinci betina, sebaliknya lama
kebuntingan 29 sampai 35 hari. Bila ada masa kebuntingan yang kurang dari 29
hari anak yang dilahirkan tidak normal. Pada kasus bunting yang lama, ukuran
anak yang dilahirkan kecil serta erdapat 1 atau 2 ekor dengan ukuran yang tidak
normal atau begitu lahir langsung mati. Kelahiran kadang-kadang terjadi dalam
waktu berbeda misalnya anak yang lahir berbeda beberapa jam sampai beberapa
hari. Interval maksimum antara keluarnya anak yang dapat bertahan hidup adalah
yang kurang dari 3 hari.
Pada
akhir masa kebuntingan terjadi proses kelahiran atau partus yaitu serentetan
proses-proses fisiologik yang berhubungan dengan pengeluaran anak dan plasenta
melalui saluran kelamin. Kelahiran tergantung kepada 2 faktor yaitu
berkurangnya progesteron dari myometrium dan pelepasan tiba-tiba oxytocin dari
pituitary posterior. Lamanya periode bunting sangat tergantung kepada lamanya
umur corpus luteum. Penyebab lepasnya oxytocin secara tiba-tiba tidak
diketahui, tetapi mungkin disebabkan karena terhalangnya progesterone pada
sistem syaraf pusat. Kelahiran pada kelinci biasanya terjadi pada pagi hari dan
apabila foetus berukuran normal komplikasi melahirkan biasanya tidak terjadi.
Kelahiran normal membutuhkan waktu kurang dari 30 menit dengan interval
kelahiran setiap anak 1 sampai 5 menit (Mc Nitt, 1982 dalam Hanum 1985).
Litter
size adalah jumlah anak yang dilahirkan untuk setiap kelahiran, yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bangsa, umur induk, lingkungan,
makanan, banyaknya ovum yang diovulasikan dan dibuahi setelah mengadakan
perkawinan dengan hewan jantan serta kejadian yang terjadi selama kebuntingan
berlangsung. Faktor-faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya kepada kelinci
betina terhadap jumlah anak yang dilahirkan, tetapi sifat-sifat yang diturunkan
akan dipengaruhi oleh hewan jantan dan hewan betina. Ada dua sifat turunan yang
sangat diharapkan yaitu besar tubuh hewan tersebut dan banyaknya anak yang
diproduksi pada setiap kelahiran. Kadang-kadang dari keturunan yang sama ,
tetapi karena faktor-faktor genetic maka terjadi tinggi rendahnya tingkat
kesuburan. Oleh karena itu, di sini sangat diperlukan pemilihan stock breeding
pada hewan yang memiliki tinggi rata-rata litter-sizenya (Thear, 1981 dalam
Hanum 1985).
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
a.
Pemeliharaan Kelinci
Terlampir
b.
Jumlah Anakan
Belum ada yang melahirkan
c.
Berat Induk
- Sebelum penggabungan dengan pejantan
Berat induk (Hitam Putih) = 1,3 kg
Berat induk (Putih) = 1,1 kg
- Setelah pemeliharaan sampai sekarang
(selama 42 hari)
d.
Ratio Anak
Belum ada yang melahirkan
3.2
Pembahasan
Kelinci
termasuk hewan herbivora yang makanan
utamanya adalah rumput hijau, semak dandaun tumbuhan hijau lainnya. Oleh karena
itu kelinci sangat menyukai pakan yang berkadar cellulose (zat gula tumbuhan)
berkadar tinggi, yang justru sangat sulit dicerna oleh pencernaan kita. Kelinci adalah
hewan pengerat yang mempunyai tingkah laku yang lucu. Selain lucu ia disukai
karena keindahan dan keunikan bulunya, terutama pada kelinci-kelinci impor
seperti jenis Rex, Lop, Anggora dan lain-lain. Kelinci jenis Rex ada yang
memiliki warna bulu yang mirip dengan warna bulu macan tutul, serta lembut jika
diraba seperti permadani berlapis sutera. Kelinci jenis Lop dan Anggora lain
lagi keunikannya, keduanya memiliki bulu yang panjang dan lebat, sampai-sampai
hampir tidak terlihat mata dan hidungnya karena tertutupi dengan bulunya.
Kelinci terbagi menjadi 2
kategori yaitu kelinci lokal (dalam negeri) dan kelinci hias (impor). Kelinci
hias inilah yang banyak digandrungi orang karena bentuknya yang unik dan
lucu. Memelihara kelinci hias pun berbeda dengan memelihara kelinci
local. Memelihara kelinci hias membutuhkan ketelatenan yang lebih tinggi
dibanding memelihara kelinci lokal. Karena dari segi kekuatan fisik kelinci
hias lebih ringkih dibanding dengan kelinci lokal. Namun demikian memelihara
kelinci hias tidaklah sesulit memelihara hewan peliharaan lainnya. Secara
umum makanan kelinci hias sama dengan makanan kelinci lokal yaitu
rumput, dedaunan dan umbi-umbian.
Berikut ini hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memelihara kelinci :
Ø Kandang
kelinci jangan terlalu tertutup
Ø Kandang
aman dari pemangsa seperti kucing dan tikus
Ø Alas kandang sebaiknya dari kawat agar kotoran
bisa langsung jatuh ke bawah
Ø Usahakan
kandang dibersihkan dari kotoran setiap hari
Ø Untuk
kandang anakan, beri lampu untuk penghangat
Ø Pakan
seperti daun-daunan, dicuci bersih terlebih dahulu sebelum diberikan kepada
kelinci, untuk membersihkan pestisida
Ø Sesekali
kelinci dilepas di tempat yang luas untuk menghindari kejenuhan
Ø Jangan
dibiasakan memberi pakan kelinci dengan pellet, jika kelinci sudah ketagihan
pellet kelinci ia tidak mau lagi memakan rumput
Ø Beri
suntikan vitamin untuk mencegah berbagai macam penyakit
Ø Jangan
sering memegang-megang atau menggendong kelinci, karena bisa menyebabkan
kelinci sakit
Lokasi yang baik untuk beternak
kelinci yaitu Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap,
bau-bauan, suara bising dan terlindung dari predator. Fungsi kandang sebagai
tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21 derajat C, sirkulasi udara lancar,
lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut
kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk induk/kelinci
dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan
dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari
perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang
berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor
jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm.
Menurut bentuknya
kandang kelinci dibagi menjadi:
1.
Kandang sistem
postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk
kelinci muda.
2.
Kandang sistem
ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
3.
Kandang battery;
mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi
Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery.
.
Pemberian Pakan : jenis pakan
yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan,rumput gajah, sayuran
meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang,
biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang
hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan
bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa
konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak. Pakan dan minum diberikan
dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi pakan dedak yang dicampur
sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya dan pukul 18.00
rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu
disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya. (Kartadisastra,1995).
Kandang yang digunakan dalam
pemeliharaan kelinci sesuai dengan literatur dalam prihal pemeliharaan hampir
sama dengan literatur suhu ideal 21 derajat C, sirkulasi udara lancar, lama
pencahayaan ideal 12 jam. Kandang kelinci tidak terlalu tertutup, dekat sumber air, jauh dari
tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising dan terlindung
dari predator kandang aman dari pemangsa seperti kucing dan tikus, alas kandang
sebaiknya dari kawat agar kotoran bisa langsung jatuh ke bawah, usahakan
kandang dibersihkan dari kotoran setiap hari, pakan seperti daun-daunan
sebaiknya di cuci bersih terlebih dahulu sebelum diberikan kepada kelinci,
untuk membersihkan pepsitida dan lain lain oleh karena itu kandang dan kelinci
selalu berbis dan terhindar dari penyakit. Awalnya kelinci yang berwarna putih
terkena kudis dan karena pemeliharaan
yang baik maka kelinci sehat selain dilakukan injeksi. Dalam hal pakan juga
hampir sama, kami juga memberikan jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan
meliputi rumput lapangan, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, kacang panjang,
dedak dan ampas tahu. Waktu pemberian pakan berbeda dengan literatur pakan dan
minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 08.00. Kelinci diberi ampas tahu.
Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya atau sayuran dan pukul 18.00
rumput/sayuran diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum
perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
Kelinci betina segera
dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila
terlalu muda kesehatan terganggu dan dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan
pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah
beranak. Waktu kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga
terjadi 2 kali perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan.Setelah perkawinan
kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Setelah dikawinkan
kelinci mengalami kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut
kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil
berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke
kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan
bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak
lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi
sekitar 6-10 ekor (Kartadisastra,1995). Literatur diatas menyebutkan jumlah
anak yang dilahirkan kelinci antara 6-7 namun kami belum bisa membuktikan
karena kelinci kami belum mengalami partus.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Produktivitas
kelinci yang kami pelihara dapat dibilang bagus, karena dalam hal pakan kedua
kelinci tersebut tidak mengalami kesulitan. Kelinci terlihat sehat dan besar
(gemuk). Manajemen kandang juga kita melaksanakannya dengan baik, sehingga
kelinci yang kami pelihara terhindar dari penyakit. Pemeliharaan kelinci yang
kami lakukan untuk mengetahui litter size-nya. Kami belum bisa menyimpulkan
litter size-nya dikarenakan kelinci yang kami pelihara belum melahirkan/partus.
4.2 Saran
a.
Pemeliharaan kelinci
harus rutin, terutama dalam
pembersihan kandang yang harus dilakukan supaya kelinci terhindar dari penyakit
karena kelinci mudah terserang penyakit.
b.
Kandang juga harus
diatur, kandang harus terbuat dari kawat agar kotoran bisa langsung jatuh
kebawah atau menggunakan kayu yang dibuat renggang agar kotoran juga dapat
langsung jatuh kebawah, yang terutama kandang harus jauh dari pemangsa.
c.
Pemberian pakan pada
kelinci juga harus teliti, pakan/sayuran yang diberikan jangan yang terlalu
banyak mengandung air karena dapat menyebabkan kelinci tersebut mengalami penyakit
kembung dan diare. Jika ingin memberi sayuran yang banyak mengandung air,
terlebih dahulu sayurandaft
tersebut di layukan (hay). Sebelum pakan diberikan, pakan sebaiknya dibersihkan
terlebih dahulu untuk membersihkan peptisida yang ada pada pakan / sayuran.
DAFTAR PUSTAKA
Coleman, 1965, Pemeliharaan Kelinci dan Burung Puyuh,
Yasaguna. Jakarta.
Hafez. 1970. Superovulasi Kelinci Lokal. Jurnal Chimera Th .1 No.2
Kartadisastra. HR, 1995, Beternak Kelinci Unggul,
Kanisius, Yogyakarta.
Kastawi. 1992. Aneka
Ternak, Universitas Brawijaya, Malang.
Mr. Nitt. 1982. Pengaruh jarak kawin setelah beranak
terhadap performans reproduksi
kelinci
Rex. Ilmu dan Peternakan 6(1): 27-31.
Sarwono. B, 1985, Beternak Kelinci Unggul, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Thear. 1981.
Ketersediaan Teknologi Dalam Menunjang Pengembangan Kelinci Di Indonesia. Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang
Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci.
0 komentar:
Posting Komentar