RSS

Rabu, 04 Juli 2012

LAPORAN MRPT KELINCI


LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN REPRODUKSI DAN
PEMULIAAN TERNAK


Disusun Oleh:
Kelompok 8B

1.      Erlindani Setya M.                     D1E010165
2.      Aji Pamukti                               D1E010166
3.      Ariesta Dwi A.                          D1E010167
4.      Laeli Al- kuriyah                       D1E010168
5.      Moh. Fahmi M.             D1E010169
6.      Praga Rizki G.                           D1E010170                            
7.      Novita Kurnia A.                      D1E010171
8.      Fika Fitriani B.              D1E010172

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelinci memiliki karakter selalu siaga pada lingkungan sekelilingnya dan akan bereaksi ageresif untuk menjauhi ancaman yang berada disekitarnya. Mereka mampu melakukan pengamatan terhadap lingkungan dengan jangkauan yang jauh. Sehingga kelinci merupakan hewan yang sangat aktif. Kelinci merupakan salah satu jenis ternak yang mudah dalam pemeliharaanya, di Indonesia terdapat berbagai jenis kelinci, namun sangat sulit mengetahui yang merupakan asal lokal karena banyaknya ternak kelinci yang di datang ke Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa ternak kelinci tidak begitu populer di tengah masyarakat pada saat ini sehingga dalam perkembanganya ternak kelinci tidaki begitu berkembang dan kebanyakan ternak kelinci hanya digunakan untuk ternak hiasan atau untuk mainan. Indonesia sangat cocok untuk pengembangan ternak kelinci selain mudah dalam perawatannya dan tersedianya sumber makanan kelinci yang cukup juga minat masyarakat yang mulai tumbuh terhadap ternak keinci.
Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Pada perkembangannya, tahun 1912, kelinci diklasifikasikan dalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk di dalamnya jenis kelinci dan terwelu). Jenis-jenis kelinci Secara umum, kelinci terbagi menjadi dua jenis. Pertama, kelinci bebas. Kedua, kelinci peliharaan. Yang termasuk dalam kategori kelinci bebas adalah terwelu (Lepus curpaeums) dan kelinci liar (Oryctolagus cuniculus). Menurut rasnya, kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan, dan lain-lain. Di Indonesia banyak terdapat kelinci lokal, yakni jenis kelinci jawa (Lepus negricollis) dan kelici sumatera (Nesolagus netseherischlgel).

Pada pemeliharan ternak untuk menentukan produktifitas ternak, dasar utama yang perlu diketahui adalah sifat reproduksi ternak tersebut. Untuk mendapatkan potensi reproduksi yang baik ada beberapa hal yang perlu di ketahui yaitu pemilihan bibit baik untuk jantan maupun betina, pada kelinci sehat mempunyai ciri-ciri telinga tegak dan bersih, otot paha tebal, mata bersinar dan bulat mulut dan hidung kering dan bersih ekor tegak dan kering juga anusnya kering, bulu punggung panjang dan halus, kuku pendek. Kelinci bibit harus mempunyai kriteria berat sesuai dengan umur dan jenissnya, bulu halus dan licin, mata bersinar, mempunyai catatan perkawinan dan kelahiran sehingga diketahui asal usulnya, bibit diambil dari induk-induk yang mempunyai produksi susu baik, litter size tinggi, pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap penyakit, angka kematian anak rendah, berat lahir dan sapih yang tinggi, induk mempunyai sifat keibuan yang baik.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui produktivitas ternak kelinci yang kami pelihara terutama dalam hal litter size.

1.3 Manfaat
Dapat mengetahui produktivitas ternak kelinci yang kami pelihara terutama dalam hal litter size.

1.4 Waktu dan Tempat
            Praktikum Manajemen Reproduksi Ternak dalam acara Penggabungan dengan Pejantan dilakukan pada tanggal 10 Mei – 14 Mei 2012 bertempat di Experimental Farm, Jl. Dr. Soeparno, Purwokerto.
            Praktikum Manajemen Reproduksi Ternak dalam acara Pemisahan dari Pejantan dilakukan pada tanggal 14 Mei 2012 bertempat di Experimental Farm, Jl. Dr. Soeparno, Purwokerto.
            Praktikum Manajemen Reproduksi Ternak dalam acara Pemeliharaan Kelinci dilakukan pada tanggal 14 Mei – 17 Juni bertempat di Experimental Farm, Jl. Dr. Soeparno, Purwokerto.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ternak ini semula hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut trewelu dan sebagainya (Sinaga. 2009).
Menurut Sarwono, 2001 menyatakan bahwa dalam memelihara ternak kelinci, harus ada tujuan dari produk utama yang diinginkan, hal ini untuk menunjang keberhasilan dalam usaha ternak kelinci, karena dengan adanya tujuan pemeliharaan maka akan memudahkan dalam penentuan pakan, manajemen kandang, reproduksi, dan pemasaran. Aspek reproduksi memegang peranan penting dalam rangka pertambahan jumlah populasi. Ternak kelinci termasuk dalam satu jenis ternak prolific artinya mampu beranak banyak per kelahiran. Sistem perkawinan pada ternak kelinci dapat dilakukan secara alami maupun dengan inseminasi buatan, biasanya dalam mengawinkan kelinci yang betina dimasukkan pada jantan, bilamana kelinci betina sedang birahi, dan biarkan bebnerapa hari sampai terjadi kebuntingan yang ditandai bahwa kelinci betina tidak mau menerima lagi pejantan, sehingga kelinci bisa dikawinkan kapan saja, sex ratio antara jantan dan betina adalah 1 : 10, namun perlu diketahui berahi pada kelinci bersifat induksi yang berarti bahawa bila terjadi rangsangan maka akan terjadi ovulasi, dan ovulasi terjadi 10 jam setelah terjadi rangsangan, dan fertilisasai terjadi 1 – 2 jam setelah ovulasi, daya fertil ovum 6 jam, lama bunting rata-rata 30 hari, siklus estrus 12 – 14 hari ditambah 4 hari masa menolak, umur dikawinkan 5 – 7 bulan atau tergantung pada type kelinci, biasanya type kecil lebih cepat dewasa kelamin dari pada type besar (Sinaga, 2009).
Sistem reproduksi tersusun atas sistem genital interna dan eksterna. Pada kelinci betina organ interna berupa sepasang ovarium dan uterus. Ovarium terletak sebelah kaudal dari ren dan didalamnya terdapat folikel-folikel Graaf berbentuk gelembung. Uterus berjumlah sepasang dan berkelok-kelok dan terbagi atas infundirambutm, tuba, dan uterus. Organ eksterna tersusun atas vagina, vulva, labium majus, labium ninus, dan clitoris (Tim Dosen anatomi hewan UGM). Sedangkan pada jantan memiliki organ reproduksi interna dan eksterna. Pada organ interna terdiri dari testis dan epididimis. Testis terdapat sepasang yang terletak dalam scrotum. Testis merupakan pengahasil sperma terus dikeluarkan melalui epididimis yang merupakan tempat pematangan kemudian ke vasdeferens. Sedangkan pada organ eksterna berupa penis. Penis ini merupakan alat kopulasi dan tersusun dari corpus cavernosusm penis dan corpusgavernosum urethrae. Disamping itu juga terdapat kelenjar-kelenjar yang membantu sistem reproduksi (Kastawi, 1992).
            Siklus reproduksi ialah rangkaian semua kejadian biologic kelamin yang berlangsung secara sambung menyambung hingga lahir generasi baru dari suatu makhluk hidup. Di dalam hal ini yang mempunyai hubungan sangat era dan memegang peranan penting dalam siklus reproduksi ialah pubertas. Sedangkan pubertas (dewasa kelamin) itu sendiri adalah suatu periode dimana organ-oran reproduksi hewan jantan dan betina berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi (cole dan Cupp,1977 dalam Hanum, 1985). Pada hewan jantan pubertas ditandai oleh kesanggupan berkopulasi dan menghasilkan sperma disertai perubahan-perubahan kelamin sekunder lainnya. Pada hewan betina, pubertas ditandai dengan terjadinya estrus dan ovulasi. Kelinci mulai mencoba kopulasi sebulan atau 2 bulan sebelum mencapai dewasa kelamin, tetapi tidak bisa untuk memproduksi anak sebelum ia mengalami dewasa kelamin. Menurut Templeton (1968) dalam Hanum 1985), dewasa kelamin pada kelinci tergantung pada bangsanya, jenis kelinci lebih cepat mencapai dewasa kelamin dibanding dengan jenis kelinci yang lebih beasr. Jenis kelinci kecil mencapai dewasa kelamin pada umur 4 bulan, jenis menengah mencapai umur 6 sampai 7 bulan dan jenis berat mencapai dewasa kelamin pada umur 9 sampai 12 bulan. Dewasa kelamin lebih dahulu terjadi sebelum dewasa tubuh terjadi, oleh sebab itu ternak betina tidak dikawinkan pada waktu munculnya tanda-tanda pubertas yang pertama karena untuk mencegah hewan betina bunting, sedang kondisi badan masih dalam proses pertumbuhan, sehingga tidak menguntungkan bagi pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak dikandungnya (Coleman, 1965 dalam Hanum, 1985).
            Siklus berahi kelinci tidak beraturan sebagaimana didapatkan pada kebanyakan hewan lainnya. Pada saat pubertas, follicle stimulating hormone (FSH) dilepaskan ke dalam aliran darah menyebabkan pertumbuhan folikel-folikel pada ovarium. Sewaktu folikel-folikel tersebut tumbuh dan menjadi matang, berat ovarium meninggi dan estrogen disekresikan di dalam ovarium untuk dilepaskan ke dalam aliran darah. Estrogen menyebabkan hewan betina menerima hewan jantan. Umumnya perkembangan folikel terjadi dalam beberapa gelombang, pada waktu yang sama 5 sampai 10 yang berkembang pada tingkat yang sama di ovarium. Folikel yang mulai berkembang ada terus menerus, jadi terdapat beberapa tingkatan perkembangan dari folikel. Apabila folikel-folikel telah matang, mereka aktif dalam memproduksi estrogen selama kira-kira 12 sampai 14 hari. Setelah periode ini, jika ovulasi tidak terjadi, folikel akan mengalami degenerasi, sesuai dengan pengurangan tingkat estrogen dan kemauan untuk menerima hewan jantan (Hafez, 1970 dalam Hanum, 1985).
            Fertilisasi adalah penyatuan dua sel, yaitu gamet jantan dan betina, untuk membentuk suatu sel zygote yang merupakan suatu           proses yang dapat ditinjau dalam 2 aspek :
a.       Dalam aspek embriologik, fertilisasi meliputi pengaktifan ovum oleh spermatozoa. Tanpa rangsangan fertilisasi, ovum tidak akan memulai “cleavage” dan tidak ada perkembangan embriologik.
b.      Dalam aspek genetic, fertilisasi meliputi pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan ke dalam ovum. Di sinilah terletak manfaat perkawinan atau inseminasi ialah menyatukan faktor-faktor unggul kedalam satu individu baru (Tolihere, 1981).
Sesudah proses fertilisasi, dimulai masa kebuntingan yang diakhiri pada waktu kelahiran. Di dalam peternakan, periode kebuntingan pada umumnya dihitung mulai dari perkawinan yang terakhir sampai terjadinya kelahiran anak. Lama bunting ditentukan secara genetic walaupun dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor maternal, foetal dan lingkungan, misalnya ukuran dan umur induk mempengaruhi lama kebuntingan, masa kebuntingan lebih lama umumnya menunjukkan hanya sedikit jumlah anak yang dikandung, dan foetus yang besar lebih pendek waktunya dalam kandungan daripada yang kecil, serta suhu yang tinggi dapat memperpanjang masa kebuntingan (Cole dan Cupps, 1979 dalam Hanum, 1985).
            Menurut Hafez (1970) dalam Hanum (1985), masa kebuntingan rata-rata ternak kelinci 30 sampai 33 hari, ini terjadi 98% pada kelinci betina, sebaliknya lama kebuntingan 29 sampai 35 hari. Bila ada masa kebuntingan yang kurang dari 29 hari anak yang dilahirkan tidak normal. Pada kasus bunting yang lama, ukuran anak yang dilahirkan kecil serta erdapat 1 atau 2 ekor dengan ukuran yang tidak normal atau begitu lahir langsung mati. Kelahiran kadang-kadang terjadi dalam waktu berbeda misalnya anak yang lahir berbeda beberapa jam sampai beberapa hari. Interval maksimum antara keluarnya anak yang dapat bertahan hidup adalah yang kurang dari 3 hari.
Pada akhir masa kebuntingan terjadi proses kelahiran atau partus yaitu serentetan proses-proses fisiologik yang berhubungan dengan pengeluaran anak dan plasenta melalui saluran kelamin. Kelahiran tergantung kepada 2 faktor yaitu berkurangnya progesteron dari myometrium dan pelepasan tiba-tiba oxytocin dari pituitary posterior. Lamanya periode bunting sangat tergantung kepada lamanya umur corpus luteum. Penyebab lepasnya oxytocin secara tiba-tiba tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan karena terhalangnya progesterone pada sistem syaraf pusat. Kelahiran pada kelinci biasanya terjadi pada pagi hari dan apabila foetus berukuran normal komplikasi melahirkan biasanya tidak terjadi. Kelahiran normal membutuhkan waktu kurang dari 30 menit dengan interval kelahiran setiap anak 1 sampai 5 menit (Mc Nitt, 1982 dalam Hanum 1985).
Litter size adalah jumlah anak yang dilahirkan untuk setiap kelahiran, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bangsa, umur induk, lingkungan, makanan, banyaknya ovum yang diovulasikan dan dibuahi setelah mengadakan perkawinan dengan hewan jantan serta kejadian yang terjadi selama kebuntingan berlangsung. Faktor-faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya kepada kelinci betina terhadap jumlah anak yang dilahirkan, tetapi sifat-sifat yang diturunkan akan dipengaruhi oleh hewan jantan dan hewan betina. Ada dua sifat turunan yang sangat diharapkan yaitu besar tubuh hewan tersebut dan banyaknya anak yang diproduksi pada setiap kelahiran. Kadang-kadang dari keturunan yang sama , tetapi karena faktor-faktor genetic maka terjadi tinggi rendahnya tingkat kesuburan. Oleh karena itu, di sini sangat diperlukan pemilihan stock breeding pada hewan yang memiliki tinggi rata-rata litter-sizenya (Thear, 1981 dalam Hanum 1985).



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
a. Pemeliharaan Kelinci
    Terlampir
b. Jumlah Anakan
    Belum ada yang melahirkan
c. Berat Induk
    - Sebelum penggabungan dengan pejantan
      Berat induk (Hitam Putih)          = 1,3  kg
      Berat induk (Putih)                    =  1,1  kg
    - Setelah pemeliharaan sampai sekarang (selama 42 hari)
d. Ratio Anak
     Belum ada yang melahirkan



3.2 Pembahasan
Kelinci termasuk hewan herbivora yang makanan utamanya adalah rumput hijau, semak dandaun tumbuhan hijau lainnya. Oleh karena itu kelinci sangat menyukai pakan yang berkadar cellulose (zat gula tumbuhan) berkadar tinggi, yang justru sangat sulit dicerna oleh pencernaan kita. Kelinci adalah hewan pengerat yang mempunyai tingkah laku yang lucu. Selain lucu ia disukai karena keindahan dan keunikan bulunya, terutama pada kelinci-kelinci impor seperti jenis Rex, Lop, Anggora dan lain-lain. Kelinci jenis Rex ada yang memiliki warna bulu yang mirip dengan warna bulu macan tutul, serta lembut jika diraba seperti permadani berlapis sutera. Kelinci jenis Lop dan Anggora lain lagi keunikannya, keduanya memiliki bulu yang panjang dan lebat, sampai-sampai hampir tidak terlihat mata dan hidungnya karena tertutupi dengan bulunya.
Kelinci terbagi menjadi 2 kategori yaitu kelinci lokal (dalam negeri) dan kelinci hias (impor). Kelinci hias inilah yang banyak digandrungi orang karena bentuknya yang unik dan lucu. Memelihara kelinci hias pun berbeda dengan memelihara kelinci local. Memelihara kelinci hias membutuhkan ketelatenan yang lebih tinggi dibanding memelihara kelinci lokal. Karena dari segi kekuatan fisik kelinci hias lebih ringkih dibanding dengan kelinci lokal. Namun demikian memelihara kelinci hias tidaklah sesulit memelihara hewan peliharaan lainnya. Secara umum makanan kelinci hias sama dengan makanan kelinci lokal yaitu rumput, dedaunan dan umbi-umbian.

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kelinci :
Ø  Kandang kelinci jangan terlalu tertutup
Ø  Kandang aman dari pemangsa seperti kucing dan tikus
Ø   Alas kandang sebaiknya dari kawat agar kotoran bisa langsung jatuh ke bawah
Ø  Usahakan kandang dibersihkan dari kotoran setiap hari
Ø  Untuk kandang anakan, beri lampu untuk penghangat
Ø  Pakan seperti daun-daunan, dicuci bersih terlebih dahulu sebelum diberikan kepada kelinci, untuk membersihkan pestisida
Ø  Sesekali kelinci dilepas di tempat yang luas untuk menghindari kejenuhan
Ø  Jangan dibiasakan memberi pakan kelinci dengan pellet, jika kelinci sudah ketagihan pellet kelinci ia tidak mau lagi memakan rumput
Ø  Beri suntikan vitamin untuk mencegah berbagai macam penyakit
Ø  Jangan sering memegang-megang atau menggendong kelinci, karena bisa menyebabkan kelinci sakit

Lokasi yang baik untuk beternak kelinci yaitu Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising dan terlindung dari predator. Fungsi kandang sebagai tempat berkembangbiak dengan suhu ideal 21 derajat C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm.
Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi:
1.      Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda.
2.      Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.
3.      Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery.
.
Pemberian Pakan : jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan,rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang
hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak. Pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 10.00. Kelinci diberi pakan dedak yang dicampur sedikit air. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya dan pukul 18.00 rumput diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya. (Kartadisastra,1995).
Kandang yang digunakan dalam pemeliharaan kelinci sesuai dengan literatur dalam prihal pemeliharaan hampir sama dengan literatur suhu ideal 21 derajat C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam. Kandang kelinci tidak  terlalu tertutup, dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, bau-bauan, suara bising dan terlindung dari predator kandang aman dari pemangsa seperti kucing dan tikus, alas kandang sebaiknya dari kawat agar kotoran bisa langsung jatuh ke bawah, usahakan kandang dibersihkan dari kotoran setiap hari, pakan seperti daun-daunan sebaiknya di cuci bersih terlebih dahulu sebelum diberikan kepada kelinci, untuk membersihkan pepsitida dan lain lain oleh karena itu kandang dan kelinci selalu berbis dan terhindar dari penyakit. Awalnya kelinci yang berwarna putih terkena  kudis dan karena pemeliharaan yang baik maka kelinci sehat selain dilakukan injeksi. Dalam hal pakan juga hampir sama, kami juga memberikan jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, kacang panjang, dedak dan ampas tahu. Waktu pemberian pakan berbeda dengan literatur pakan dan minum diberikan dipagi hari sekitar pukul 08.00. Kelinci diberi ampas tahu. Pukul 13.00 diberi rumput sedikit/secukupnya atau sayuran dan pukul 18.00 rumput/sayuran diberikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan.Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Setelah dikawinkan kelinci mengalami kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor (Kartadisastra,1995). Literatur diatas menyebutkan jumlah anak yang dilahirkan kelinci antara 6-7 namun kami belum bisa membuktikan karena kelinci kami belum mengalami partus.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
            Produktivitas kelinci yang kami pelihara dapat dibilang bagus, karena dalam hal pakan kedua kelinci tersebut tidak mengalami kesulitan. Kelinci terlihat sehat dan besar (gemuk). Manajemen kandang juga kita melaksanakannya dengan baik, sehingga kelinci yang kami pelihara terhindar dari penyakit. Pemeliharaan kelinci yang kami lakukan untuk mengetahui litter size-nya. Kami belum bisa menyimpulkan litter size-nya dikarenakan kelinci yang kami pelihara belum melahirkan/partus.

4.2 Saran
a.       Pemeliharaan kelinci harus rutin, terutama dalam pembersihan kandang yang harus dilakukan supaya kelinci terhindar dari penyakit karena kelinci mudah terserang penyakit.
b.      Kandang juga harus diatur, kandang harus terbuat dari kawat agar kotoran bisa langsung jatuh kebawah atau menggunakan kayu yang dibuat renggang agar kotoran juga dapat langsung jatuh kebawah, yang terutama kandang harus jauh dari pemangsa.
c.       Pemberian pakan pada kelinci juga harus teliti, pakan/sayuran yang diberikan jangan yang terlalu banyak mengandung air karena dapat menyebabkan kelinci tersebut mengalami penyakit kembung dan diare. Jika ingin memberi sayuran yang banyak mengandung air, terlebih dahulu sayurandaft tersebut di layukan (hay). Sebelum pakan diberikan, pakan sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu untuk membersihkan peptisida yang ada pada pakan / sayuran.




DAFTAR PUSTAKA


Coleman, 1965, Pemeliharaan Kelinci dan Burung Puyuh, Yasaguna. Jakarta.

Hafez. 1970. Superovulasi Kelinci Lokal. Jurnal Chimera Th .1 No.2

Kartadisastra. HR, 1995, Beternak Kelinci Unggul, Kanisius, Yogyakarta.

Kastawi.  1992. Aneka Ternak, Universitas Brawijaya, Malang.

Mr. Nitt. 1982. Pengaruh jarak kawin setelah beranak terhadap performans reproduksi
kelinci Rex. Ilmu dan Peternakan 6(1): 27-31.


Sarwono. B, 1985, Beternak Kelinci Unggul, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sinaga. 2009. Pemeliharaan dan Perawatan Kelinci. Jakarta : Agro Media Pustaka.

Thear. 1981. Ketersediaan Teknologi Dalam Menunjang Pengembangan Kelinci Di Indonesia. Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci.

Toelihere, 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: Angkasa.



0 komentar:

Posting Komentar